kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.707.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Siapkan US$ 1,2 Juta, JALA & Konservasi Indonesia Bikin Tambak Udang Ramah Lingkungan


Kamis, 20 Februari 2025 / 11:38 WIB
Siapkan US$ 1,2 Juta, JALA & Konservasi Indonesia Bikin Tambak Udang Ramah Lingkungan
ILUSTRASI. Tambak udang JALA


Reporter: Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - PALU- Perusahaan rintisan atau start up tambak udang, JALA bersama Yayasan Konservasi Indonesia resmi memulai proyek tambak udang ramah lingkungan dengan dana investasi US$ 1,2 juta. Melalui percontohan proyek bertajuk Climate Smart Shrimp Farming (CSSF) ini diharapkan dapat menghasilkan tambak yang berkelanjutan tanpa mencemari air laut dan udang berkualitas ekspor.

Proyek CSSF ini berlokasi di Desa Lalombi, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. CSSF adalah metode pengelolaan tambak udang yang menggabungkan pelestarian lingkungan berupa ekosistem mangrove.

Strategi ini diklaim yang pertama di Asia. Di tingkat global, metode pengelolaan tambak ramah lingkungan sudah berhasil diterapkan di Ekuador yang kini menguasai pasar ekspor udang di tingkat global.

"Beberapa puluh tahun yang lalu, Ekuador bukan apa-apa di pasar udang global. Bahkan, Indonesia malah sempat menjadi pemain besar di pasar udang dunia. Namun sekarang kita terbalik, karena tidak ada sistem pengelolaan tambahk udang yang berkelanjutan," jelas Aryo Wiryawan, Chairman JALA, saat launching lokasi CSSF, Rabu 19 Februari 2025.

Di proyek ini, JALA memanfaatkan dana investasi untuk membeli lahan bekas tambak udang di Lolambi seluas kurang lebih 12 hektare. Dari jumlah itu, sebanyak 2,5 ha telah dibuat untuk kolam tambak udang.

Baca Juga: Akan Di-Buyback Rp 3 T Mulai Maret, Saham Blue Chip Layak Dilirik Karena Makin Murah

Total sudah ada tujuh kolam yang siap untuk budidaya udang vaname. Tim JALA telah melakukan tebar benur di tiga kolam pada 9 Februari 2025.

Tebar benur selanjutnya akan berlangsung pada 21 Februari 2025. Di tujuh kolam tersebut, total benur yang ditebar sebanyak 2,5 juta.

Kini JALA sudah menyiapkan kolam tambahan. Secara keseluruhan total kolam tambak udang sebanyak 3,25 ha.

Lahan lainnya untuk budidaya mangrove seluas 3,5 ha. Mangrove berperan sebagai filter alami air limbah tambak udang sebelum dialirkan kembali ke laut.

Kemudian, sisa lahan untuk sarana pendukung serta pembangunan kolam labirin dan kolam instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sebagai pengolahan air masuk dan pembuangan.

Aryo optimistis, penyaringan air limbah menggunakan IPAL serta mangrove dapat mewujudkan tambak udang yang produktif dan berkelanjutan. Ia menghitung tambak udang vaname ini bisa panen per 120 hari.

Tiap hektar tambak bisa menghasilkan 35 ton udang vaname dengan harga jual rata-rata Rp 62.000 per kilogram (kg). Hitung punya hitung, dengan hasil panenan tersebut, JALA bisa mencapai balik modal atau break event point (BEP) dalam waktu lima tahun mendatang.

"Biasanya, tambak udang tradisional sudah merugi setelah tahun kelima, lalu tambaknya mangkrak. Dengan CSSF, semoga hasil panenan tetap besar dan berlanjut," jelas alumnus UII Yogyakarta ini.

Sebagai pembanding, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan bahwa saat ini rata-rata produksi tambak udang di Indonesia, yang didominasi oleh tambak tradisional, adalah sebesar 0,6 ton/ha/siklus. Portal data KKP juga mencatat tambak budidaya dari beragam jenis ikan dan udang
pada tahun 2023 adalah 3,56 ton/ha/tahun.

Pasar Eropa

Untuk saat ini, JALA sudah memiliki calon pembeli udang. Mereka adalah perusahaan eksportir udang di Makassar, yakni PT Bomar Indonesia, PT Sekar Bumi Tbk dan PT Bahari Makmur Sejati (BMS).

Ke depan, JALA berharap bisa menjual sendiri produk udang ke luar negeri seperti China, Jepang, Eropa dan Amerika Serikat (AS). Hal itu akan berlangsung setelah program CSSF berhasil serta mendapatkan sertifikasi tambak udang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

"Pembeli udang di empat wilayah itu sangat memperhatikan aspek keberlanjutan dan lingkungan. Makanya, selama ini udang Indonesia sulit masuk ke empat wilayah itu. Padahal, harganya bagus," terang Aryo.

Tonton: Sosok Brian Yuliarto, Guru Besar ITB yang jadi Menteri Baru Kabinet Prabowo-Gibran

Ramah lingkungan

Ocean Program Director Konservasi Indonesia Budiati Prasetiamartati optimistis CSSF bisa menjadi solusi atas penilaian negatif tambak udang di Indonesia. Selama ini, pembuatan tambak udang di Indonesia adalah dengan alih fungsi lahan mangrove.

Padahal, tambak udang dan lahan mangrove seharusnya bisa saling bersimbiosis mutualisme. Air tambak udang mengandung tinggi unsur pospat dan nitrogen, hasil sisa-sisa pencernaan pakan udang yang kaya protein.

Pospat dan nitrogen bisa mendukung pertumbuhan mangrove. "Tapi jika tidak diserap mangrove, zat-zat itu bisa mencemari laut, berpotensi booming alga, hingga mengancam kelestarian ekosistem laut,"jelas Budiati.

Konservasi Indonesia berharap, proyek percontohan ini bisa diterapkan di daerah lain di Indonesia. Selain untuk keberlanjutan tambak, keberadaan mangrove dapat mendukung penyerapan karbon.

Menurut analisa tim Konservasi Indonesia, saat ini sudah ada 0,24 ha kawasan restorasi mangrove. Total penyerapan karbon terestimasi sebesar 504 t CO2e atau setara dengan 137,33 ton karbon.

Jika penanaman mangrove seluas 3,5 ha, total karbon yang diserap setara 2.002,73 ton atau 14 kali lipat dari kondisi saat ini.

Baca Juga: Sprite Bakal Dandani Ratusan Ribu Warung dengan AR Selama Ramadhan

Selanjutnya: Orang yang Mengidap Diabetes Boleh Berpuasa? Ini yang Tips Harus Anda Ketahui

Menarik Dibaca: Ulang Tahun ke-68, BCA Punya Promo Diskon Hingga 68%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×