kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Sistem crawling internet Rp194 M dinilai kemahalan


Selasa, 10 Oktober 2017 / 15:07 WIB
Sistem crawling internet Rp194 M dinilai kemahalan


Reporter: Tantyo Prasetya | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tender pengadaan mesin sensor internet yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dinilai terlalu mahal. Pasalnya, anggaran sebesar Rp 194 miliar terlalu mahal untuk sebuah mesin sensor berbasis crawling.

Pernyataan tersebut datang dari Nawala, sebuah Layanan Domain Name System (DNS) di Indonesia yang bebas digunakan oleh pengguna akhir atau penyedia jasa internet untuk mendapatkan akses internet bersih dan aman.

Irwin Day, Deputi Hubungan Masyarakat Nawala mengaku heran dengan besarnya anggaran yang dikeluarkan oleh Kementerian Kominfo. Menurutnya, sistem crawling yang digadang-gadang sebagai proses filtering dan monitoring yang akan diterapkan oleh pemerintah tidak jauh berbeda dengan sistem yang sudah ada sebelumnya.

"Proses setelah data terkumpul, mau diapakan data tersebut, eksekusi filternya seperti apa? Kalau tetap cara cara yang lama, maka saya bilang itu sangat mahal," terangnya kepada Kontan.co.id, Selasa (10/10).

Irwin menambahkan, sistem crawling yang akan digunakan tersebut sudah biasa dilakukan oleh pihaknya dengan DNS Filtering dengan produk Internet Sehat.

"Kalau yang biasa kami lakukan itu menggunakan aplikasi dengan input keyword tertentu, nanti ditampilkan situs situs yang terkait kata kunci tersebut dan kemudian diperiksa satu per satu," tambahnya.

Hal senada juga diungkapkan Heru Sutadi, Direktur Eksekutif ICT Watch. Baginya, daripada pemerintah harus mengeluarkan dana jumbo lebih baik memberdayakan pemain filter internet yang sudah ada.

Lebih lanjut, Heru juga mengusulkan agar para pelaku Over The Top (OTT) juga turut serta dalam peran sensor dan filtering konten-konten negatif yang ada di jaringan internet Indonesia.

"Kalau blokir kenapa nggak 'menekan' OTT untuk memantau dan menghilangkan konten negatif, kok jadi kita yang repot," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×