Reporter: Filemon Agung , Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Sandy Baskoro
Merujuk pada simulasi tersebut, untuk periode Januari-Februari, harga minyak ICP rata-rata US$ 60 per barel atau turun tiga poin dari asumsi APBN yang sebesar US$ 63 per barel. Sementara pada periode yang sama, nilai tukar menguat Rp 650 per dollar AS atau menguat 6,5 poin.
"Nah selisihnya 3,5 poin. Jadi 3,5 x 100 adalah Rp 350. Harga BBM di Januari-Februari seharusnya naik Rp 350 per liter," jelas Komaidi kepada Kontan.co.id, Senin (20/4).
Namun, kondisinya berbeda saat ini. Dengan simulasi yang sama berdasarkan pergerakan harga minyak dan nilai tukar, Komaidi menilai ada ruang penurunan harga BBM pada periode Maret dan April. "Hitungan kami ruang penurunan di kisaran Rp 1.000-Rp 1.500 per liter. Mirip-mirip untuk subsidi dan non-subsidi," ungkap dia.
Baca Juga: Mantan Kepala SKK Migas menilai harga BBM belum turun akibat regulasi
Jika melongok negara tetangga, seperti Malaysia dan Vietnam, mereka sudah menurunkan harga BBM masing-masing sebanyak lima kali dan dua kali dalam sebulan terakhir. Per 13 April 2020, harga BBM dengan kadar oktan 95 di Malaysia senilai US$ 0,27 per liter setara Rp 4.495 per liter (kurs Rp 15.500 per dollar AS). Adapun harga BBM di Vietnam senilai US$ 0,52 per liter. Sedangkan harga BBM di Indonesia sebesar US$ 0,58 per liter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News