Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebut pandemi virus corona dan pelemahan harga minyak dunia cukup berdampak pada kegiatan jangka pendek dan menengah di sektor hulu migas.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan, wabah corona yang disertai koreksi harga minyak global membuat aktivitas operasional di sektor hulu migas menurun.
Ia mengambil contoh pada penundaan aktivitas planned shutdown atau penghentian sementara fasilitas produksi migas di Lapangan Banyu Urip dan Tangguh, penundaan program kerja ulang dan perawatan sumur di Chevron Pacific Indonesia, Petrochina, dan OSES, serta penundaan kegiatan P&A sumur di Conoco Phillips.
Baca Juga: SKK Migas berharap permintaan insentif dalam menghadapi Covid-19 disetujui pemerintah
“Produktivitas tenaga kerja menurun. Hal yang sama terjadi pada kecepatan dalam proses persetujuan perizinan, engineering, konstruksi, hingga manufaktur,” ujar dia dalam diskusi virtual, Kamis (4/6).
Selain itu, pandemi virus corona dan penurunan harga minyak global juga mengurangi keekonomian lapangan migas.
Penurunan juga terjadi pada outlook lifting migas di tahun 2020. Dalam paparannya, Julius menyebut bahwa outlook lifting minyak nasional pasca harga minyak dunia rendah berada di level 705.000 BOPD, padahal target lifting minyak dalam APBN 2020 mencapai 755.000 BOPD. Adapun hingga akhir April lalu, lifting minyak nasional tercatat sebesar 710.000 BOPD.