Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
Dirinya yang baru 4 bulan ini berada di Indonesia, menganggap kompetisi memasak nasi goreng ini adalah ide yang bagus, karena melibatkan keterkaitan antara negara-negara yang berbeda, dan kompetisinya berjalan dengan menyenangkan. Dampaknya dirasakan cukup positif dalam rangka mendukung kerjasama perdagangan internasional.
Ketua Umum APJI Irwan Iden Gobel dalam kesempatan tersebut mengatakan, diselenggarakannya Embassy Cooking Competition Indonesian Cuisine ini, bertujuan membangun persahabatan di antara Indonesia dan sejumlah negara lainnya dalam kerangka (format) kuliner.
“Dengan komposisi penilaian 20% untuk penyajian makanan; penilaian rasa makanan 50%; serta kreativitas dan variasi (hiasan) pada makanan 30%, akhirnya dewan juri Chef Ari Galih dan Chef Sabir dari PPJI memutuskan tiga peserta ini memenangkan kompetisi memasak nasi goreng,” jelas Irwan Iden.
Unsur Kepraktisan
Secara terpisah Eric Rossi Pryo Nugroho selaku Manager Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan PLN Yogyakarta, usai penyelenggaraan Friday Innovation Night, mengemukakan, kesempatan tersebut digunakan oleh pihak PLN untuk mengenalkan tema besar electrical lifestyle yakni eco living, eco lifestyle dan eco moving.
“Sebagai bagian dari electrical lifestyle, kami memperkenalkan penggunaan kompor induksi kepada masyarakat, (listrik) ini bebas polusi, menggunakan nyala api menjadi lebih aman, juga praktis, dan tinggal colok tanpa menggunakan tungku secara khusus, bahkan tidak menggunakan tabung gas, papar Eric.
Baca Juga: Terregra Asia Energy (TGRA) gencar membangun pembangkit listrik EBT
Jika kita selama ini menggunakan tabung gas dengan potensi bocor, kemudian kita harus memperhatikan bagaimana kualitas tabung, maka itu tidak terjadi dengan adanya kompor induksi. Penggunaan kompor induksi ini, bisa dikendalikan pada saat kita memasaknya, yakni dengan menggunakan timer (pengatur waktu).
Dengan menggunakan kompor listrik, selain dapat mengatur daya listrik, kita juga dapat sekaligus melakukan pekerjaan lainnya, seperti menonton televisi atau mengasuh anak bermain. Jadi dengan menggunakan kompor gas, nyala api bisa dikontrol. Tetapi dengan menggunakan kompor listrik, maka besarnya daya juga dapat dilihat (diatur). Sebab pada kompor listrik tercantum daya dari 160 watt sampai 2 ribu watt, sehingga dapat diatur sesuai kebutuhan.
Eric menyatakan, sosialisasi penggunaan kompor induksi kelihatannya lebih mudah dilaksanakan di Yogyakarta. Beberapa restoran dan juga hotel di sana sudah banyak yang menggunakan kompor induksi – listrik, sehingga lebih mudah dilakukan sosialisasinya kepada masyarakat.
Penggunaan kompor induksi di Yogyakarta juga dimulai pada lounge di bandara, restauran yang ada di dalam mal kebanyakan juga sudah mulai menggunakan kompor induksi, terutama karena mereka mengutamakan kepraktisan, juga dilihatnya lebih elegan dan lebih aman, karena terhindar dari bahaya kebakaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News