Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sudah dua pekan, (sejak 12/7/2019) kebocoran gas dan tumpahan minyak di sekitar anjungan lepas pantai YYA, Blok migas Offshore North West Java (ONWJ) milik PT Pertamina Hulu Energi (PHE) belum juga mampu diatasi.
Direktur Hulu PT Pertamina (Persero), Dharmawan H Samsu menyampaikan, saat ini pihaknya masih melakukan investigasi yang menyeluruh dan mendalam terkait dengan penyebab kejadian itu.
Baca Juga: Enggan bicara kerugian, Pertamina fokuskan penanganan di Blok ONWJ
Tapi menurut indikasikasinya, kebocoran terjadi akibat anomali tekanan pada saat pengeboran sumur YYA-1, yang hasilnya muncul gelombang gas dan tumpahan minyak.
"Dampaknya, terjadi pergeseran pondasi anjungan," kata Dharmawan dalam acara konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina, Kamis (25/7).
Baca Juga: Ada gelembung gas Blok ONWJ, pemerintah fokuskan pengamanan sekitar lokasi
Atas kejadian itu, sekarang, Pertamina tengah mengambil langkah dengan membuat rilief weel di dekat sumur YYA-1. Caranya, sumur itu akan digunakan untuk menginjeksikan semen ke sumur YYA-1 yang nantinya akan menghentikan kebocoran.
Adapun rilief weel akan dibuat dengan menggunakan Rig Suhana. "Akan datang Sabtu ini," ungkapnya. Dus, Pertamina bekerjasama dengan Boots and Coots, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) yang diklaim memiliki pengalaman dalam menangani kasus serupa.
Baca Juga: Lifting migas semester I-2019 hanya mencapai 90% dari target yang di tetapkan APBN
Jika tak ada aral melintang, langkah yang dilakukan Pertamina diharapkan bisa menghentikan kebocoran gas dan minyak dalam jangka waktu delapan hingga 10 minggu sejak pernyataan kondisi darurat atau 15 Juli 2019.
Produksi dari struktur YYA 1 ditargetkan mencapai 23 juta kaki kubik gas per hari dan 3000 barel minyak per hari (BPH). Adapun proyek YYA ini memiliki total tiga sumur. Di mana, dua sumur lainnya masih belum dibuka (isolated).
Baca Juga: PHE: Pabrikasi anjungan untuk pengembangan Lapangan YY Blok ONWJ sudah 90%
Dengan adanya kejadian ini, produksi migas Pertamina menjadi terdampak. Nah, untuk menutupi kekurangan, kata Dharmawan, perseroan tengah melakukan optimalisasi di anak perusahaan lainnya.
Bagaimana Kronologinya? Halaman Selanjutnya
Kronologi kejadian
Sementara itu, untuk kronologi kejadian, Dharmawan mengatakan, bahwa kejadian ini terjadi pada 12 Juli 2019 pada pukul 01.30 WIB pada saat melakukan re-entry di sumur YYA-1 pada kegiatan re-perforasi. Lalu, muncul gelembung gas di Anjungan YYA dari rig Ensco-67 yang terletak di wilayah operasional offshore ONWJ.
Baca Juga: PHE ONWJ serahkan participating interest 10% ke BUMD
Adapun, Sumur YYA-1 yang mengalami kebocoran merupakan sumur eks eksplorasi YYA-4 yang dibor pada tahun 2011.
Kemudian, 14 Juli 2019 pukul 22.40, dilakukan evakuasi terhadap seluruh pekerja yang berkeja di anjungan dan disekitar area tersebut. Lalu, 15 Juli, Pertamina menyurati PHE ONWJ menyatakan keadaan darurat dengan surat ke SKK Migas dan Kementerian ESDM.
Sehari setelahnya, mulai terlihat lapisan minyak di permukaan laut sekitar, di samping gelembung gas pun masih terus terjadi.
Baca Juga: Pertamina Hulu Energi berencana melakukan pengeboran di 105 sumur
Dan, 17 Juli tumpahan minyak mulai terlihat di sekitar anjungan. Sehari setelahnya, tumpahan minyak mencapai pantai ke arah Barat. Posisi jarak anjungan degan garis pantai Karawang sekitar 2 kilometer (km).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News