kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sudah implementasi sejak tahun 2017, seharusnya 4,5G bukan termasuk teknologi baru


Senin, 09 November 2020 / 17:18 WIB
Sudah implementasi sejak tahun 2017, seharusnya 4,5G bukan termasuk teknologi baru
ILUSTRASI. Telkomsel menambah pembangunan BTS Broadband 4G LTE sekitar 23.000 unit di seluruh Indonesia.


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terkait sektor telekomunikasi, UU 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja menyebutkan, kerjasama penggunaan spektrum frekuensi untuk teknologi baru. Muncul perdebatan, apakah  teknologi 4G, 4,5G, dan 4,75G masuk menjadi teknologi baru. Sehingga bisa masuk kategori kerjasama penggunaan spektrum frekuensi.

Terkait hal ini, Nonot Harsono, Ketua Bidang Infrastruktur Broadband Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) angkat bicara.  Menurut mantan Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) periode 2009-2011 itu, berdasarkan UU Cipta kerja, teknologi baru sejatinya yang sama sekali belum dibangun. 

Nonot mencontohkan, teknologi 5G atau 6G, sama sekali belum dibangun. “Sedangkan teknologi selular 4G, 4,5G dan 4.75G bukan termasuk dalam teknologi baru. Sudah digunakan di Indonesia," terang Nonot, dalam keterangan tertulis, Senin (9/11). Sebagai contoh, teknologi 4,5 G sudah implementasi sejak tahun 2017

Nonot mengatakan Pemerintah dan DPR memasukkan kerjasama penggunaan spektrum frekuensi untuk teknologi baru lantaran  ingin melindungi investasi operator selular. Juga untuk memenuhi kebutuhan frekuensi bagi teknologi 5G. Tanpa kerjasama penggunaan spektrum frekuensi untuk teknologi baru tak akan mungkin 5G bisa diimplementasikan di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×