Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemajuan teknologi dan adopsi digital di Indonesia akan menciptakan peluang yang semakin besar dalam beberapa tahun ke depan, terutama memasuki era Revolusi Industri 4.0. Salah satunya masuknya teknologi 5G.
Dalam studinya, AT Kearney menyebutkan bahwa di Asia Tenggara teknologi 5G akan memberikan dampak positif bagi bisnis operator. Tak hanya operator teknologi tersebut diperkirakan dapat menambah 6% - 9% pada pendapatan konsumen dan 18% - 22% pada pendapatan perusahaan pada tahun 2025.
Baca Juga: Bidik laba Rp 250 miliar tahun depan, begini langkah MRT Jakarta
Indonesia diperkirakan akan meraih bagian terbesar, diikuti oleh Malaysia, Singapura, dan Thailand. Untuk memberikan nilai itu, operator kemungkinan akan menuangkan sekitar US$ 10 miliar ke infrastruktur 5G di wilayah ini pada tahun 2025.
Berdasarkan nilai investasi yang sangat tinggi, operator berharap pemerintah memberikan insentif untuk membantu operator dalam membangun jaringan 5G. Adapun para operator melihat pihaknya telah siap mengadaptasi teknologi tersebut.
“Kami di asosiasi mengharapkan adanya keringanan. Pada tahap awal pengembangan misalnya kami diberikan BHP Holiday di 3 tahun pertama implementasi, sehingga kami terbantu membangunnya,” ujar Ririek Adriansyah, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) di Jakarta, Rabu (27/11).
Baca Juga: Catat, Februari tahun depan ada sensus penduduk dan berlangsung secara online
Demi mempercepat proses pembangunan jaringan 5G, Ririek juga menilai pemerintah perlu melakukan sinkronisasi regulasi Pusat dan Daerah. Menurutnya, operator sudah melakukan trial 5G sampai dengan tahun depan sehingga tender spektrum bisa dilakukan 2021 dan bisa segera memulai pembangunannya.
ATSI berharap, Indonesia tidak kehilangan momentum memanfaatkan 5G sehingga keinginan pemerintah melakukan revolusi industri 4.0 bisa terbantu dengan teknologi.
Iskriono Windiarjanto, Direktur Network Telkomsel menambahkan dengan semakin rendahnya biaya yang dikeluarkan operator untuk menyediakan jaringan 5G maka layanan yang diberikan ke pelanggan bisa lebih terjangkau.
Baca Juga: Genjot pendapatan non tiket, MRT Jakarta bakal jual 7 naming right
“Oleh karena itu spektrum jangan mahal-mahal. Teknologi ini kan yang membuat lumayan mahal karena barang baru. Nanti kalau demand dan supply sudah berimbang, baru akan bisa kompetitif,” jelasnya.
Pihaknya menegaskan tidak akan melewatkan kesempatan untuk menjadi operator 5G pertama di Indonesia demi mempertahankan penguasaan pangsa pasar selulernya di Indonesia. Ia menilai dengan masuk lebih dulu paling tidak 35% - 40% marketshare berada dalam genggaman.