kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.250   0,00   0,00%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Sudah tak ada kompetisi antara ojek online dan kendaraan umum konvensional?


Rabu, 05 Agustus 2020 / 10:23 WIB
Sudah tak ada kompetisi antara ojek online dan kendaraan umum konvensional?
ILUSTRASI. Pengemudi ojek daring mengenakan sekat pelindung saat menunggu penumpang di kawasan jalan Kendal, Jakarta, Rabu (10/6/2020). Penggunaan sekat pelindung untuk pembatasan antara pengemudi dan penumpang tersebut sebagai bentuk penerapan protokol kesehatan gu


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengguna Gojek dua setengah kali lebih tinggi dibandingkan kompetitornya. Hal ini terungkap dalam riset  terkait peran ojek online dan taksi online sebagai pelengkap (komplementer) integrasi antar-moda transportasi publik. 

Riset bertajuk "Ojek Online, Ancaman atau Pelengkap bagi Bus TransJakarta?” itu menyebut Gojek unggul dari sisi ketersediaan driver, perilaku driver ke pengguna layanan, kemudahan penggunaan aplikasi, serta keamanan dan keselamatan. Namun, kalah dari kompetitornya dari sisi diskon.

Baca Juga: Riset UI: Ekosistem Gojek menyumbang Rp 104,6 triliun ke ekonomi Indonesia di 2019

Riset tersebut dilakukan Muhammad Zudhy Irawan pengajar di Fakultas Teknik Universitas Gadjahmada (UGM) dan Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM periode 2019-2020.

Sekretaris Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Harya S. Dillon mengungkapkan dari berbagai data riset terlihat kesan kompetisi antar-moda transportasi sudah berakhir, termasuk dengan transportasi online. ”Data menunjukkan tidak ada kompetisi. Justru komplementer antar kendaraan ojek online dengan kendaraan umum,” katanya dalam keterangan resminya, Rabu (5/8).

Dari riset, lanjut Harya, sekitar 45% pengguna transportasi publik di Jabodetabek telah memfungsikan ojek online sebagai solusi first-mile-last-mile (sarana penghubung awal dan akhir perjalanan).

Harya mengatakan, kunci keberhasilan integrasi antar-moda transportasi terdiri atas beberapa hal. Diantaranya, responsif dimana layanannya harus beroritentasi konsumen. Lalu terencana dan terlembagakan, serta tidak ada hambatan regulasi dan birokrasi. Dengan begitu efisiensi akan lebih mudah terwujud.

Baca Juga: Ekonom UI: Ekosistem Gojek bantu pelaku UMKM bertahan di tengah pandemi

Head of Transport Gojek Group, Raditya Wibowo dalam diskusi virtual Selasa (4/8) memaparkan, rangkaian solusi Gojek termasuk layanan GoRide dan GoCar menjadi pilihan utama sarana penghubung awal dan akhir perjalanan (first-mile-last-mile) bagi pengguna transportasi publik di Jabodetabek.

Jumlah perjalanan dengan Gojek dari dan menuju hub transportasi meningkat 46% setiap tahunnya. “Kenaikan tersebut menunjukkan kehadiran layanan GoRide dan GoCar telah menjadi bagian penting yang melengkapi transportasi publik guna memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat di wilayah urban seperti Jabodetabek,” ungkap Raditya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×