kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sulit bertumbuh, bisnis hotel masih dikepung beragam persoalan


Rabu, 02 Oktober 2019 / 18:27 WIB
Sulit bertumbuh, bisnis hotel masih dikepung beragam persoalan
ILUSTRASI. OKUPANSI HOTEL


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perhotelan secara nasional diprediksi tidak akan terlalu semarak menjelang tutup tahun, pasalnya industri ini dibebani beragam masalah. Sejak awal tahun, bisnis hotel diterpa isu terkait harga tiket pesawat yang melonjak naik, alhasil tingkat okupansi hotel sejak awal tahun merosot tajam.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat penghunian kamar hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada Agustus 2019 tercatat rata-rata 54,14% atau turun 5,87 poin dibandingkan capaian yang sama tahun sebelumnya. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat banyak problem yang turut menekan kinerja industri perhotelan.

Baca Juga: Manufaktur tertekan, Intikeramik Alamasri (IKAI) ditopang proyek infrastruktur

Maulana Yusran, Wakil Ketua Umum PHRI menyebut sampai di kuartal terakhir tahun ini seharusnya industri perhotelan bisa sedikit bertumbuh. Hanya saja, situasi politik yang terjadi dengan banyaknya demonstrasi di berbagai wilayah serta adanya kebakaran lahan dan hutan justru membuat kondisi semakin tertekan.

“Okupansi hotel untuk tahun 2019 sangat buruk karena turun sangat drastis, secara nasional okupansi drop sejak November tahun lalu. Ya kami berharap masih ada pertumbuhan dalam dua bulan ini untuk mengurangi kerugian tadi,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (2/10)

Sayangnya untuk akibat demonstrasi yang berakhir ricuh membuat tingkat pembatalan pemesanan kamar juga tinggi. Harapannya situasi kondisi politik kembali stabil, sehingga bisnis perhotelan pada kuartal IV ini mampu kembali bertumbuh sesuai dengan yang diharapkan.

“Secara rata-rata dalam satu tahun itu tingkat okupansi tidak akan lebih dari 60% itu paling tinggi menurut saya. Ini kalau ditotal dari Januari hingga Desember itu tidak lebih dari 60% malah bisa di bawah itu kalau situasi seperti ini berlanjut,” tambahnya.

Yang bisa diharapkan pada kuartal IV adalah permintaan dari meeting, incentive, convention dan exhibition (MICE) dari kalangan pemerintah dan swasta. Selain itu juga ada momentum Natal dan Tahun Baru yang akan mengerek pertumbuhan, namun semua itu bisa saja tak sesuai harapan kalau situasi keamanan dan politik tidak stabil.

Michael Tri Wijaya, Marketing Manager Alila Hotel menyampaikan tingkat okupansi Alila saat ini bergerak fluktuatif di kisaran 50% hingga 70% setiap bulannya. Namun dirinya berharap ada peningkatan pada kuartal IV tahun ini, apalagi pemesanan kamar untuk akhir tahun sudah banyak masuk sejak bulan Juni lalu.

Baca Juga: Pebisnis transportasi pastikan operasional tetap jalan meski marak unjuk rasa

Selain itu, dengan bergabungnya Alila dengan jejaring Hyatt Hotels Corporation sejak akhir tahun lalu juga akan banyak tamu yang berasal dari member Hyatt yang akan menginap di akhir tahun ini, sayangnya dirinya belum memberikan data mengenai sudah berapa okupansi pemesanan kamar untuk akhir tahun.

“Pemesanan sudah mulai dari Juni biasanya akan selalu penuh sih pasti karena festive season. Ada program new year kami pasti ada rencananya akan publish di antara minggu kedua atau ketiga, biasanya sih festive dinner atau festive new year event,” ujarnya.




TERBARU

[X]
×