kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.444.000   1.000   0,07%
  • USD/IDR 15.340   65,00   0,42%
  • IDX 7.832   19,65   0,25%
  • KOMPAS100 1.193   8,54   0,72%
  • LQ45 967   7,57   0,79%
  • ISSI 228   1,17   0,52%
  • IDX30 493   4,42   0,90%
  • IDXHIDIV20 594   3,60   0,61%
  • IDX80 136   1,13   0,84%
  • IDXV30 139   0,76   0,55%
  • IDXQ30 165   1,38   0,84%

Sumber Baru Melimpah, Indonesia Jangan Kehilangan Momentum Optimalisasi Gas Bumi


Rabu, 21 Agustus 2024 / 15:13 WIB
Sumber Baru Melimpah, Indonesia Jangan Kehilangan Momentum Optimalisasi Gas Bumi
ILUSTRASI. Gas alam. REUTERS/Angus Mordant//File Photo


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Temuan sumber daya gas bumi raksasa membawa Indonesia memasuki momentum emas untuk mampu mengoptimalkannya supaya memberikan manfaat secara luas terhadap perekonomian dan masyarakat.

Dibutuhkan kebijakan yang benar-benar bijaksana sehingga selain akan menarik investasi, pemanfaatan di dalam negeri bisa berjalan sesuai harapan terlebih peran gas bumi sangat strategis sebagai energi transisi menuju Net Zero Emission (NZE).

Lembaga riset energi internasional Rystad Energy mengumumkan penemuan sumber daya gas bumi South Andaman di Aceh dan Geng North di Kalimantan Timur membuat Indonesia memiliki hampir separo dari cadangan gas bumi di Asia Tenggara.

Baca Juga: Curhat Arifin Tasrif Setelah Hampir 5 Tahun Menjabat Menteri ESDM

Country Head Indonesia Rystad Energy, Sofwan Hadi, mengatakan dengan hadirnya temuan tersebut maka Indonesia menjadi salah satu negara tujuan utama yang menarik minat investor untuk berinvestasi. Maka hal ini perlu disadari seluruh pihak sebagai momentum yang sangat positif untuk bisa segera dioptimalkan.

“Kondisinya adalah, peluang ada, potensi sangat besar, tetapi bagaimana proyek ini bisa berjalan sehingga dapat meyakinkan investor global. Itu yang harus menjadi prioritas saat ini,” Sofwan mengungkapkan dalam keterangan resminya, Rabu (21/8).

Salah satu dukungan utama yang mendesak adalah menciptakan kebijakan fiskal yang tepat. Antara lain berupa insentif dan tax regime untuk memastikan nilai keekonomian proyek migas ke depan, serta keleluasaan bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dengan opsi production sharing contract (PSC) gross split atau kembali ke opsi cost recovery.

“Selain itu, insentif berdasarkan waktu (time-based incentive) juga bisa mendorong percepatan monetisasi proyek,” terusnya.

Baca Juga: Jadi Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia Dapat Mandat dari Jokowi Tuntaskan Hal Ini

Selain itu, Sofyan menegaskan bahwa penting juga untuk mendukung penetapan harga gas domestik dan infrastruktur untuk memastikan distribusi gas. Sebab, jika harga gas domestik tidak bisa menutup transport cost atau ongkos logistik, minat investor untuk mengembangkan proyek bisa terpengaruh.

Terpisah, Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Wahyudi Anas mengatakan sangat penting dan diperlukan segera kebijakan yang seimbang dan fair dalam pengelolaan energi gas bumi mulai hulu, midstream, dan hilir.

“Karena masing-masing sektor tersebut saling ketergantungan dan terintegrasi. Tidak dapat melakukan usaha sendiri,” tegasnya, kepada wartawan.

Sebab terdapat segitiga hubungan yang tidak terpisahkan di ekosistem ini yaitu produksi gas hulu, tersedianya infrastruktur gas bumi, dan menyiapkan konsumen sebagai pengguna akhir gas bumi.

Baca Juga: SKK Migas: Program HGBT Bikin PNBP Sektor Migas Turun

“Produksi gas hulu bisa diserap apabila tersedia Infrastruktur gas bumi yang terus dikembangkan serta menghubungkan sampai konsumen akhir baik untuk Jargas, Komersial, dan Industri,” tuturnya.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×