Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Pembangkit Listrik tenaga Surya (PLTS) yang akan menjadi 4,6 GW atau setara 12 persen, dan Pembangkit listrik tenaga Energi Baru Terbarukan yang akan ditingkatkan menjadi 1,5 GW atau setara dengan 4 persen.
Semuanya akan menjadi fokus pembangunan dalam beberapa tahun ke depan. "Akan terus dilakukan pembangunan terhadap pembangkit listrik dengan teknologi EBT," katanya.
Baca Juga: PLN mulai menawarkan 21 proyek energi baru terbarukan (EBT) pada tahun 2022
Pihaknya ke depan juga akan membuka opsi penggunaan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) sebagai alat yang nantinya akan digunakan pada setiap PLTU. Dengan penggunaan teknologi ini, akan membuat PLTU lebih ramah lingkungan kala dipergunakan memasok listrik di seluruh tanah air.
Nantinya, setiap PLTU yang dimiliki oleh PLN dapat terus dipergunakan setiap waktu. Dengan begitu, akan membuat pelayanan listrik yang dibutuhkan oleh setiap penduduk di tanah air dapat disediakan dengan optimal.
"Pada tahun 2040 juga akan menggunakan teknologi CCS bila harganya sudah lebih ekonomis. Agar PLTU bisa tetap digunakan," katanya.
Diketahui, Indonesia menargetkan Net Sink Carbon dan Net Zero pada Tahun 2060 atau lebih cepat. Presiden Joko Widodo pun berharap akan ada platform yang dapat ditawarkan melalui kemitraan global dan dukungan pendanaan internasional bagi transisi energi saat presidensi Indonesia di forum G20 mendatang.
Selanjutnya: Cikarang Listrindo (POWR) targetkan pembangunan PLTS Atap 10 MWp per tahun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News