Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menanggapi pergerakan harga minyak yang terus terjadi, PT Pertamina (Persero) bersiap melakukan optimalisasi dan efisiensi bisnis.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu bilang dengan kondisi harga minyak saat ini maka perseroan akan melakukan sejumlah langkah yang dinilai perlu. "Contohnya dalam strategi pengadaan misalnya. Strategi logistik lebih dibuat hasil yang optimal untuk menurunkan biaya produksi," terang Dharmawan di Gedung Kementerian ESDM, Senin (9/3).
Baca Juga: Harga minyak anjlok, Pertamina bakal tambah impor crude
Ia menjelaskan semakin turunnya harga minyak berpotensi meningkatkan biaya produksi per barel dari Pertamina. Adapun, saat ini rerata biaya produksi dari Pertamina berada pada kisaran US$ 9 hingga US$ 11 per barel. "Ada beberapa lapangan migas yang biayanya mencapai US$ 20 per barel tapi tidak semua," jelas Dharmawan.
Kendati demikian, ia menerangkan hingga saat ini Pertamina belum berencana memangkas produksi dan menunda proyek-proyek yang sedang berjalan.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati juga memastikan anjloknya harga minyak memang akan memberikan dampak negatif pada sisi hulu perusahaan. "Antisipasi kita kan ada hulu ada hilir, untuk hulu memang ini berpengaruh ya karena keekonomian jadi masalah," ujar Nicke.
Baca Juga: Moody's: Penurunan harga minyak akan berdampak pada 3 bank terbesar Singapura
Sebelumnya, Dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2020, holding migas BUMN itu mengalokasikan investasi hulu sebesar US$ 3,72 miliar.
Nicke Widyawati mengatakan, alokasi investasi hulu tersebut setara dengan 60% dari total investasi Pertamina. Jika dibandingkan secara tahunan, jumlah itu naik sekitar 54,35% dibandingkan prognosa investasi hulu Pertamina tahun ini yang berada di angka US$ 2,41 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News