kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.943.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.306   -72,00   -0,44%
  • IDX 7.490   -13,57   -0,18%
  • KOMPAS100 1.062   5,79   0,55%
  • LQ45 796   5,98   0,76%
  • ISSI 254   -0,56   -0,22%
  • IDX30 410   -1,10   -0,27%
  • IDXHIDIV20 470   0,28   0,06%
  • IDX80 120   0,90   0,75%
  • IDXV30 124   0,93   0,76%
  • IDXQ30 131   0,00   0,00%

Tanpa Insentif Penjualan Motor Listrik Turun 30% di Semester I, Begini Proyeksinya


Kamis, 07 Agustus 2025 / 17:58 WIB
Tanpa Insentif Penjualan Motor Listrik Turun 30% di Semester I, Begini Proyeksinya
ILUSTRASI. Sepeda motor listrik Ofero.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sejalan dengan tren penurunan di segmen motor konvensional, penjualan motor listrik pada paruh pertama tahun juga terpantau lesu. Motor setrum nampaknya tak mampu melanjutkan kinerja positifnya tahun lalu. 

Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (AISMOLI) mencatat penjualan motor listrik mengalami penurunan kisaran 20% - 30% di semester I. Penurunannta jauh lebih lebih tinggi dibandingkan motor konvensional.Data Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) menunjukkan penjualan motor domestik selama semester I-2025 turun 2,09% secara tahunan (YoY) menjadi 3.104.629 unit. 

Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (AISMOLI) Budi Setiyadi membeberkan penurunan penjualan juga terjadi pada motor listrik. Malah, besarannya lebih signifikan. 

“Kalau motor biasa sekitar 2% itu sebenarnya tak begitu tinggi penurunannya. Kalau motor listrik cukup tinggi. Yang ke retail dari APM-APM itu ada yang turun 20%, ada yang 30%,” ungkap Budi kepada Kontan, Kamis (7/8/2025). 

Baca Juga: Kupprum NOMAD, Motor Listrik Petualang Buatan Lokal Siap Tembus Medan Ekstrem

Budi menjelaskan alasan perbedaan jauh angka penurunan antara motor listrik dan konvensional itu. Katanya, secara keseimbangan antara daya beli, nilai manfaat, dan kebergunaan pada motor berbahan bakar lebih bisa diterima masyarakat. Sementara pada motor listrik, masyarakat masih banyak pertimbangan.

“Ini kan barang baru. Tentu masih mikir gimana baiknya,” katanya.

Padahal, data AISMOLI mencatat pada tahun 2024 motor listrik berhasil menumbuhkan penjualan hingga kisaran 175% dibanding tahun sebelumnya. 

Budi menjelaskan, capaian pada tahun 2024 lalu banyak disokong oleh insentif pemerintah. Memang tahun lalu pemerintah memberikan insentif bagi kendaraan listrik, termasuk subsidi motor listrik Rp 7 juta per unit. 

Baca Juga: AISMOLI Optimistis Tren Penjualan Motor Listrik pada Kuartal III-2025 Masih Positif

Disambut baik masyarakat, kuota insentif habis tahun itu juga. Nah dengan absensi insentif tahun ini, tak heran jika penjualan tak semasif tahun sebelumnya. 

“Bantuan pembelian itu pengaruhnya cukup besar ke minat masyarakat terhadap motor listrik. Sementara sejak awal tahun subsidi tidak jelas, rencana-rencana perpanjangan (subsidi) belum pasti. Itu jadi sangat berdampak ke penjualan tahun ini,” papar Budi. 

Tanpa subsidi, motor listrik jelas-jelas bukan barang murah. Untuk motor listrik dengan spesifikasi dan teknologi mutakhir yang harganya lebih mahal, pasarnya lebih terkonsentrasi ke konsumen menengah ke atas. Sementara motor listrik yang harganya lebih murah kisaran di bawah Rp 20 juta, mayoritas pembelian dilakukan oleh perusahaan jasa transportasi dan logistik. 

Secara keseluruhan Budi bilang penjualan motor listrik hingga akhir tahun banyak bergantung pada kepastian subsidi pemerintah. Jika bulan Agustus ini pemerintah memberikan kepastian soal subsidi, tentu penjualan motor listrik punya harapan bertumbuh. 

“Bisa saja pada kuartal akhir nanti penjualan bertambah antara 10.000 unit – 15.000 unit,” katanya. 

Selanjutnya: Saham CDIA Ditutup Melemah 7,94% Kamis (7/8), Nilai Transaksi Tembus Rp 928 Miliar

Menarik Dibaca: Tips Bijak Menabung Ala Neo Bank

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×