Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto
Lebih lanjut, KIJA memproyeksikan tahun ini akan ada arus kas masuk sebesar Rp 1,85 triliun. Sebesar Rp 1,45 triliun, separuh akan berasal dari backlog dan penjualan baru Cikarang dan Kendal. Kemudian sebesar Rp 400 miliar berasal dari ebitda berulang (recurring ebitda) segmen listrik, air, pelabuhan dan lainnya.
Di sisi lain, akan ada kebutuhan kas keluar sebesar Rp 1,9 triliun. Paling banyak akan digunakan untuk operasional kecuali infrastruktur sebesar Rp 450 miliar, beban bunga Rp 400 miliar serta pembangunan infrastruktur dan pengembangan lahan di Kendal sebesar Rp 400 miliar.
Kemudian KIJA akan menggunakan dana sebesar Rp 100 miliar untuk maintenance capex. Adapun kas yang dimiliki KIJA per Desember 2020 sebesar Rp 1,15 triliun.
Baca Juga: Jababeka (KIJA) anggarkan capex sekitar Rp 200 miliar untuk menambah lahan
Dari sisi utang, KIJA memperkirakan di tahun ini akan cenderung flat karena pembayaran pinjaman pokok di tingkat anak perusahaan atau joint-venture (JV) sebagian besar berasal dari penarikan pinjaman baru dari Bank OCBC, yang digunakan untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di Kendal.
Penarikan pinjaman ini memiliki batas maksimal Rp 100 miliar, dan kemungkinan di 2021 akan lebih kecil nilainya.
Per 30 September 2020, KIJA tercatat miliki jumlah lahan (land bank) seluas 5.087 hektare (ha). Di Kota Jababeka terdapat lahan seluas 1.245 ha, Kendal 552 ha, Tanjung Lesung 1.496 ha dan Morotai 1.794 ha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News