kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.250.000   11.000   0,49%
  • USD/IDR 16.640   37,00   0,22%
  • IDX 8.140   21,59   0,27%
  • KOMPAS100 1.116   -2,74   -0,25%
  • LQ45 782   -2,78   -0,35%
  • ISSI 287   0,98   0,34%
  • IDX30 411   -1,53   -0,37%
  • IDXHIDIV20 463   -3,28   -0,70%
  • IDX80 123   0,03   0,02%
  • IDXV30 133   -0,26   -0,19%
  • IDXQ30 129   -0,89   -0,69%

Tarik Investasi, Pelaku Industri Tekstil Didorong untuk Jaga Iklim Usaha


Kamis, 21 Agustus 2025 / 18:51 WIB
Tarik Investasi, Pelaku Industri Tekstil Didorong untuk Jaga Iklim Usaha
ILUSTRASI. Pedagang mengukur kain tekstil di toko tekstil Cipadu, Tangerang, Banten, Kamis (7/11/2024). Pelaku industri tekstil menekankan pentingnya mewujudkan kemerdekaan di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT).


Reporter: kompas.com | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku industri tekstil menekankan pentingnya mewujudkan kemerdekaan di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT). 

Kemerdekaan itu tidak hanya dimaknai sebagai lepas dari tekanan global, tetapi juga dari bentuk dominasi internal yang dinilai melemahkan iklim usaha. 

Sejumlah asosiasi yang semestinya menjadi wadah aspirasi dan mitra pemerintah, dinilai kerap berubah fungsi. 

Alih-alih mendorong kolaborasi dan inovasi, sebagian di antaranya menyebarkan pesimisme, hingga mengedepankan agenda kelompok tertentu. 

Baca Juga: PPMI Manufaktur Juli 2025 Naik, Tapi Industri Tekstil Masih Tertekan Impor Murah

Pengamat industri tekstil dari Panca Sakti University Joni Tesmanto mengatakan, kondisi ini berpotensi menekan investasi dan merugikan jutaan tenaga kerja yang menggantungkan hidup di sektor TPT. 

“Industri tekstil Indonesia sedang bertransformasi, bukan runtuh. Narasi krisis yang dibesar-besarkan hanya akan menakut-nakuti investor dan merugikan bangsa sendiri,” ujar dia, Kamis (21/8/2025). 

Sebelumnya, pemerintah juga mengungkapkan, peran asosiasi seharusnya menjadi jembatan solusi, bukan sumber perpecahan. Semangat kemerdekaan harus diartikan sebagai upaya melepaskan diri dari segala bentuk dominasi baik asing maupun internal yang menghambat produktivitas. 

Sebagai catatan, data menunjukkan kinerja industri TPT Indonesia tetap solid. Hingga kuartal I-2025, investasi baru di sektor ini mencapai Rp 5,40 triliun, atau menyerap 1.907 tenaga kerja tambahan. 

Jumlah tersebut menjaga total lapangan kerja pada angka 3,76 juta orang atau hampir 20% dari seluruh tenaga kerja industri manufaktur nasional. 

Dari sisi perdagangan luar negeri, nilai ekspor TPT mencapai 2,99 miliar dollar AS, atau naik 1,53% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. 

Baca Juga: Tarif 47% dari AS Ancam Industri Tekstil, Diversifikasi Pasar Harus Dipercepat

Bahkan data baru yang dirilis oleh BKPM diketahui pada kuartal II-2025 investasi baru TPT naik menjadi Rp 10,21 triliun dengan pertumbuhan sebesar 4,35% secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2025. Jumlah tersebut berkontribusi 0,95% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. 

Sementara itu, Wakil Ketua Umum (Waketum) PB Pemuda Muslim Pungkas Supriyadi mengatakan, momentum kemerdekaan tahun ini menjadi pengingat bahwa masa depan industri tekstil tidak boleh dikungkung oleh kepentingan sempit. 

Sebaliknya, yang dibutuhkan adalah kebersamaan, optimisme, serta komitmen seluruh pemangku kepentingan untuk membangun ekosistem TPT yang sehat, inklusif, dan berdaya saing tinggi. 

Baca Juga: Ini Strategi KIJA, SSIA dan DILD Tarik Investasi Kawasan Industri di Semester II-2025

"Kemerdekaan sejati industri tekstil hanya akan lahir dari kolaborasi, bukan dominasi. Dengan kebersamaan, Indonesia dapat menjadikan tekstil bukan sekadar industri padat karya," tutup dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pelaku Industri Tekstil Perlu Jaga Iklim Usaha untuk Tarik Investasi"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×