kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.450   0,00   0,00%
  • IDX 6.832   16,22   0,24%
  • KOMPAS100 991   5,82   0,59%
  • LQ45 767   3,97   0,52%
  • ISSI 217   0,70   0,32%
  • IDX30 399   1,92   0,48%
  • IDXHIDIV20 473   -0,50   -0,11%
  • IDX80 112   0,65   0,59%
  • IDXV30 115   0,56   0,49%
  • IDXQ30 131   0,39   0,30%

Tekstil Dibanjiri Impor, Duniatex Belum Mampu Jadi Tolak Ukur Pemulihan


Senin, 05 Mei 2025 / 17:55 WIB
Tekstil Dibanjiri Impor, Duniatex Belum Mampu Jadi Tolak Ukur Pemulihan
ILUSTRASI. Duniatex adalah produsen tekstil terbesar di Indonesia. Duniatex memperluas operasi tenunnya pada tahun 1998 dengan mendirikan PT. Dunia Sandang Abadi dan PT. Delta Merlin Dunia Tekstil. Bersamaan dengan meningkatnya permintaan produk kain kami, maka Duniatex melebarkan sayapnya dan membangun PT. Delta Merlin Dunia Tekstil, kini terus tumbuh di 8 lokasi berbeda dan mengembangkan fondasi kuat dalam industri tekstil di Indonesia.


Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah ekspansi tenaga kerja oleh PT Duniatex dinilai belum cukup menandai kebangkitan industri tekstil nasional. Dalam dua tahun terakhir, perusahaan ini menambah sekitar 5.000 karyawan, dari 12.000 menjadi 18.000 orang.

Meski patut diapresiasi, kondisi sektor tekstil secara umum dinilai masih jauh dari pulih.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) sekaligus pengurus Apindo Danang Girindrawardana mengatakan bahwa penambahan tenaga kerja Duniatex lebih mencerminkan pemulihan internal, bukan pemulihan struktural industri.

Baca Juga: Duniatex Serap Ribuan Pekerja, CORE: Belum Jadi Bukti Pemulihan Industri Tekstil

“Sebelum pandemi, Duniatex pernah mempekerjakan lebih dari 50.000 orang. Jadi kalau sekarang baru 18.000, ini belum mendekati kondisi optimal,” kata Danang kepada Kontan.co.id, Senin (5/5).

Ia menilai perbaikan kinerja ekspor tekstil di kuartal I-2025 masih bersifat fluktuatif. Di sisi lain, pasar domestik masih tertekan akibat banjirnya barang jadi impor, baik legal maupun ilegal.

“Pasar dalam negeri menderita. Pemerintah harus menjadikan pengendalian impor sebagai prioritas,” tegas Danang.

Kritik juga dilayangkan terhadap lambatnya langkah pemerintah dalam melindungi sektor padat karya.

“Selama enam bulan pemerintahan baru, belum ada satu pun regulasi yang konkret untuk menopang industri tekstil,” ujarnya.

Baca Juga: APSyFI: Relokasi Produksi Global Bisa Jadi Momentum Industri Tekstil

Danang menyebut tekanan terhadap industri tekstil kian meningkat akibat oversupply global, terutama dari China.

Sejak ekspor China ke AS melemah, produk tekstil dari Negeri Tirai Bambu justru membanjiri pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Ia mendesak pemerintah segera mengambil langkah nyata agar pemulihan sektor tekstil tidak hanya bersifat sesaat.

“Pertama, kendalikan impor produk jadi. Kedua, perkuat kebijakan antidumping dan safeguard. Ketiga, tempatkan sektor padat karya sebagai prioritas dalam negosiasi dagang,” pungkasnya.

Selanjutnya: Dalami Dugaan Korupsi Sritex, Kejagung Periksa Sejumlah Bank Daerah

Menarik Dibaca: Cuaca Besok di Bali, Denpasar Dominan Diguyur Hujan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×