kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.944.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.370   -48,00   -0,29%
  • IDX 7.952   15,91   0,20%
  • KOMPAS100 1.106   -0,20   -0,02%
  • LQ45 812   -1,90   -0,23%
  • ISSI 268   1,83   0,69%
  • IDX30 421   0,16   0,04%
  • IDXHIDIV20 488   0,14   0,03%
  • IDX80 122   -0,19   -0,16%
  • IDXV30 132   0,97   0,74%
  • IDXQ30 136   0,14   0,10%

Topang agenda ekspansi tahun ini, DSNG anggarkan capex hingga Rp 1 triliun


Kamis, 30 Januari 2020 / 21:50 WIB
Topang agenda ekspansi tahun ini, DSNG anggarkan capex hingga Rp 1 triliun


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dharma Satya Nusantara Tbk siap melancarkan agenda ekspansinya. Tahun ini, emiten sawit yang memiliki kode saham DSNG akan menganggarkan belanja modal atawa capital expenditure (capex) sekitar Rp 800 miliar-Rp 1 triliun.

“Sumber pendanaan berasal dari kas internal dan juga pinjaman perbankan,” kata Direktur Utama DSNG, Andrianto Oetomo kepada Kontan.co.id (30/01).

Baca Juga: Volume penjualan CPO Dharma Satya Nusantara (DSNG) naik 46% di tahun 2019

Sebagian dari capex yang dianggarkan akan digunakan untuk membangun sebanyak dua pabrik kelapa sawit (PKS) baru di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Berdasarkan perkiraan sementara, kedua PKS ini masing-masing akan memiliki kapasitas sebesar 60 ton tandan buah segar (TBS) per jam DAN 45 ton TBS per jam.

Sampai akhir tahun 2019 sendiri, perseroan telah memiliki sebanyak 10 PKS dengan total kapasitas produksi sebesar 570 ton tandan buah segar (TBS) per jam.

Selain itu, capex juga akan digunakan untuk melanjutkan program penanaman baru di tahun 2020. Asal tahu saja, sebelumnya jumlah lahan tertanam perseroan di tahun 2019 mencapai 112.450 hektar (ha) atau meningkat sekitar 4.000 ha dibanding tahun 2018.

Sebanyak 101.799 hektar dari lahan tertanam tersebut merupakan kebun yang sudah menghasilkan. 

Baca Juga: Harga CPO berfluktuasi karena terpapar kekhawatiran virus corona

Selebihnya, dana capex akan digunakan untuk menyelesaikan pembangunan fasilitas Bio-CNG, pembangunan infrastruktur, dan juga modernisasi pabrik di segmen usaha produk kayu.

Perihal prospek bisnis sawit ke depannya Andrianto cukup merasa optimis. Terlebih, ia mencatat bahwa harga kontrak penjualan CPO yang mulai bergerak naik sejak kuartal IV 2019.

Hal ini terjadi menyusul naiknya harga CPO global yang diakibatkan oleh berkurangnya stok CPO global, terutama seiring dengan keseriusan Pemerintah Indonesia dan Malaysia untuk menerapkan program mandatori biodiesel.

Baca Juga: Pertamina minta DMO minyak sawit demi jalankan program B100

Sebagai gambaran, harga rata-rata CPO perseroan di sepanjang tahun 2019 mengalami penurunan sekitar 10% menjadi Rp 6,5 juta per ton dibandingkan harga rata-rata CPO di tahun 2018 yang sebesar Rp 7,2 juta per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×