Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar batubara yang kurang stabil mempengaruhi kinerja operasional PT Harum Energy Tbk (HRUM). Direktur Utama HRUM Ray Antonio Gunara menyampaikan, hingga akhir kuartal I-2020, produksi batubara HRUM tercatat sebesar 0,9 juta ton atau turun 9,9% (yoy) dibandingkan hasil di kuartal pertama tahun sebelumnya.
Tren pelemahan harga batubara yang masih terjadi di kuartal pertama lalu turut mempengaruhi hasil produksi HRUM. Di sisi lain, Ray mengaku, pada saat itu penyebaran wabah Corona belum berdampak secara material terhadap operasional tambang batubara HRUM.
Baca Juga: Pertamina terima dana kompensasi Rp 48,25 triliun dari program PEN
Sejatinya, manajemen HRUM menargetkan produksi batubara sebanyak 4 juta ton pada tahun ini. Namun, harga batubara secara umum masih rentan mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir.
Ini membuat HRUM harus mengevaluasi kembali target produksi di tahun 2020 dengan memperhatikan keseimbangan marjin operasi dan keberlanjutan produksi batubara di masa mendatang.
“Tidak tertutup kemungkinan bahwa tingkat produksi di tahun ini dapat diturunkan apabila kondisi pasar batubara tetap lemah ke depannya,” ujar Ray, Rabu (13/5) lalu.
Di samping itu, HRUM juga masih berupaya aktif mencari peluang perluasan pasar ekspor baru guna mengantisipasi perlambatan permintaan batubara akibat wabah Corona.
Baca Juga: Pengamat: Dana kompensasi BUMN energi wajar diberikan karena membantu cashflow
Mengutip laporan keuangan HRUM di tahun 2019, mayoritass pendapatan perusahaan tersebut berasal dari ekspor batubara ke Asia Timur seperti China, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Hongkong sebesar US$ 156,56 juta. Kemudian diikuti oleh ekspor batubara ke Asia Selatan seperti India dan Bangladesh sebanyak US$ 56,53 juta.
Lebih lanjut, Ray mengatakan pihaknya masih mempertahankan nilai belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 8 juta di tahun ini mengingat belum terpengaruh dampak pandemi Corona.
Meski begitu, anggaran belanja modal HRUM tetap akan dikaji kembali pada akhir semester pertama nanti dengan mempertimbangkan kondisi pasar pada saat itu.
Baca Juga: Kembangkan SPBU mini melalui Pertashop, Pertamina bidik tambahan 20 titik
“Perlu diketahui bahwa sebagian besar rencana capex kami bersifat discretionary, sehingga perusahaan memiliki opsi untuk menangguhkan belanja modal tersebut,” terang Ray.
Asal tahu saja, HRUM berencana menggunakan capex di tahun ini untuk penambahan properti pertambangan, pemeliharaan kapal tunda dan tongkang, pembelian alat berat, dan penyediaan prasarana tambang batubara.
Ray juga memberikan komentar terkait Revisi Undang-Undang Minerba yang baru-baru ini disahkan dalam Rapat Paripurna DPR RI. Menurutnya, beleid baru tersebut belum akan berdampak secara langsung bagi HRUM mengingat durasi kontrak tambang yang dimiliki perusahaan masih panjang.
Baca Juga: Pertamina Peduli salurkan Rp 1,3 miliar untuk penanganan Covid-19 di Riau dan Jambi
“Namun, kami menilai RUU Minerba yang baru akan membawa dampak positif pada sentimen pasar batubara secara umum,” ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News