kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Virus tertangani, produksi ikan mas bakal tembus 380.000 ton


Rabu, 09 Februari 2011 / 17:03 WIB
Virus tertangani, produksi ikan mas bakal tembus 380.000 ton
ILUSTRASI. Gagasan rencana desain Ibu Kota Negara


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menargetkan produksi ikan mas tahun ini bakal tembus 380.000 ton.

Ketut Sugama, Pelaksana Tugas (plt) Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, mengatakan proyeksi awal produksi ikan mas 2011 sebenarnya hanya 280.400 ton. "Tapi melihat realisasi produksi tahun 2010 yang melampaui target, kita merevisi target tahun ini," ujar Ketut kepada KONTAN, Selasa (8/1).

Sekadar catatan, produksi ikan mas pada 2010 sebanyak 374.112 ton. Angka ini telah melampaui target awal yang hanya dipatok sebanyak 267.100 ton.

Optimisme peningkatan produksi ikan mas tahun ini karena peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) telah berhasil menemukan vaksin untuk menangani Koi Herpes Virus (KHV) yang menyerang ikan mas. Virus ini sudah banyak tersebar di Eropa, Jepang, China dan Indonesia.

Virus ini sangat mematikan. Berdasarkan data KKP, pada akhir tahun 2004 virus ini telah menyebabkan kematian 9 juta ekor ikan mas di seluruh Indonesia.

KKP juga bakal membantu pengadaan benih ikan mas unggul seperti jenis rajadano, sinyonya dan majalaya. Benih-benih itu bakal disebar ke seluruh sentra budidaya ikan mas terutama di Jawa Barat, Bengkulu dan Manado. Selama ini, pembudidaya di sana kerap kesulitan mendapatkan benih unggul. "Untuk itu, kami bantu pengadaan benih agar produksi dapat terus digenjot," jelas Ketut.

Saut Hutagalung, Direktur Pemasaran Luar Negeri KKP menambahkan, pasar ikan mas untuk ekspor hampir tidak ada karena sudah sepenuhnya diserap pasar lokal. Permintaan dari luar juga relatif sedikit sehingga KKP mengarahkan ini untuk konsumsi domestik. "Konsumsi ikan mas paling tinggi di Jawa Barat, terutama oleh restoran-restoran di sana," ujar nya, Selasa (9/1).

Thomas Darmawan, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), mengatakan penyerapan ikan mas untuk industri pengolahan juga masih sedikit. Pengusaha belum memiliki teknologi yang memadai untuk mengolah ikan mas.

Selain itu, permintaan produk olahan ikan mas juga kurang bagus, karena masyarakat lebih suka membeli ikan mas dalam keadaan hidup atau masih segar. "Tapi tidak menutup kemungkinan juga kita bakal mengolah ikan mas di tahun-tahun mendatang," tandas Thomas kepada KONTAN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×