kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   5.000   0,26%
  • USD/IDR 16.270   34,00   0,21%
  • IDX 7.097   49,71   0,71%
  • KOMPAS100 1.026   -3,02   -0,29%
  • LQ45 777   -8,81   -1,12%
  • ISSI 234   3,28   1,42%
  • IDX30 401   -4,82   -1,19%
  • IDXHIDIV20 462   -8,51   -1,81%
  • IDX80 115   -0,50   -0,43%
  • IDXV30 117   -0,60   -0,51%
  • IDXQ30 129   -2,45   -1,87%

Prospek Industri Baja Dibayangi Dampak BMAD China dan Tarif Resiprokal AS


Senin, 14 Juli 2025 / 20:19 WIB
Prospek Industri Baja Dibayangi Dampak BMAD China dan Tarif Resiprokal AS
ILUSTRASI. Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk M. Akbar Djohan. KONTAN/Muradi/2025/01/21


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku industri baja memasang kuda-kuda untuk menghadapi hambatan perdagangan ekspor dan potensi kenaikan impor di pasar domestik. Industri baja mewaspadai efek perpanjangan Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) oleh China serta tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).

China telah memperpanjang BMAD sebesar 20,2% pada dua jenis produk baja nirkarat (stainless steel). Sementara itu, produk Indonesia yang masuk ke pasar AS akan terkena tarif tambahan sebesar 32% mulai 1 Agustus 2025.

Ketua Umum Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) M. Akbar Djohan menjelaskan produk yang dikenai BMAD adalah semi finished billet stainless steel (SS) dan Hot Rolled Coil (HRC) SS. Akbar memberikan gambaran, volume ekspor billet SS dari Indonesia ke China pada tahun 2024 tercatat sebesar 343.000 ton atau senilai US$ 522 juta.

Sedangkan volume ekspor HRC SS dari Indonesia ke China pada tahun 2024 sebesar 219.000 ton atau setara US$ 387 juta. "Perpanjangan BMAD tersebut akan berpengaruh pada penurunan daya saing ekspor produk SS asal Indonesia," ujar Akbar kepada Kontan.co.id, Minggu (13/7).

Secara keseluruhan, China merupakan pasar ekspor utama bagi sejumlah produk baja Indonesia. Hingga kuartal I-2025, total ekspor Indonesia tercatat sebesar 5,47 juta ton. Porsi ekspor ke pasar China mencapai 3,1 juta ton atau setara 56,5% dari total ekspor pada awal tahun ini.

Sementara itu, porsi ekspor ke pasar AS relatif mini. Ekspor ke AS menempati peringkat ke-11 dengan volume 76.000 ton atau setara 0,7% dari total volume ekspor. Produk yang dipasok antara lain semi finished slab, baja lapis seng, baja lapis aluminium seng, dan baja lapis warna.

Meski ekspor produk baja Indonesia ke AS terbilang kecil, tapi pelaku industri mewaspadai dampak tarif resiprokal. "Yang perlu diwaspadai adalah efek tidak langsung dari pengenaan tarif impor yang tinggi oleh AS," imbuh Akbar.

Baca Juga: IISIA Ungkap Prospek Industri Baja di Tengah BMAD China dan Tarif Resiprokal AS

Kebijakan tarif ini akan menutup sebagian akses pasar bagi eksportir baja, termasuk anggota blok ekonomi BRICS. Dengan begitu, produk baja dari negara-negara tersebut akan kehilangan daya saing harga di pasar AS dan memaksa eksportir mencari pasar alternatif, termasuk Indonesia.

IISIA pun memandang industri baja nasional pada semester II-2025 masih akan menghadapi dua tantangan utama. Pertama, potensi meningkatnya impor produk baja yang menyebabkan persaingan harga tidak sehat dan mengancam keberlangsungan industri baja nasional.

Kedua, meningkatnya hambatan perdagangan (trade remedies) yang berdampak pada daya saing produk baja di pasar ekspor. Merespons tantangan itu, IISIA mengusung dua strategi. Pertama, mendorong pelaku industri untuk memperkuat penjualan di dalam negeri.

IISIA juga mendorong industri hilir agar lebih banyak menggunakan produk baja nasional sebagai bahan baku, dengan target substitusi impor minimal 20%–50%. Kedua, strategi diversifikasi pasar ekspor guna mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional.

IISIA ingin membuka peluang ke negara-negara non tradisional yang memiliki potensi pertumbuhan permintaan. "Untuk diversifikasi pasar ekspor, IISIA mencatat perlu adanya dukungan dari pemerintah dalam bentuk fasilitasi akses pasar," ujar Akbar yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS).

Perkuat Pasar Dalam Negeri

Sebagai bos KRAS, Akbar menegaskan bahwa fokus utama emiten baja plat merah ini adalah memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya untuk sektor infrastruktur, otomotif, energi dan manufaktur. KRAS juga melirik potensi pertumbuhan di sektor konstruksi.

Peluang datang dari investasi infrastruktur, konstruksi pipa industri, serta perumahan, termasuk peluang dari program 3 juta rumah yang diusung oleh pemerintah. "Percepatan penyerapan proyek infrastruktur sangat ditunggu oleh produsen baja dalam negeri untuk dapat menyerap supply dari pabrik domestik," ungkap Akbar.

Penjualan domestik mendominasi kinerja KRAS, dengan porsi sekitar 91%. Sedangkan porsi ekspor hanya sekitar 9%. Meski begitu, KRAS menggelar strategi diversifikasi pasar. Terutama dengan memperkuat jaringan pasar di Asia Tenggara, Asia Timur dan Timur Tengah.

Baca Juga: Bea Masuk Anti Dumping Baja Nirkarat Indonesia Diperpanjang China, Ini Kata Kemendag

Saat ini, ekspor KRAS menyasar sejumlah negara di Eropa, Asia Tenggara, Australia, Pakistan dan Turkiye. KRAS juga telah mengirimkan produk hot rolled sebanyak 10.700 ton ke Italia dan Spanyol, serta 2.400 ton produk cold rolled ke Polandia.

"Selain negara-negara tersebut, KRAS akan menargetkan pasar baru ke India dan Afrika. KRAS berupaya mengurangi ketergantungan pada pasar yang rawan perubahan kebijakan proteksionis," kata Akbar.

Dihubungi terpisah, Chief Strategy Officer, Corporate Secretary & Investor Relations  PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) Johanes W. Edward mengatakan saat ini ISSP masih memantau secara ketat perkembangan di pasar. "Meskipun tantangan terkait kondisi ekonomi sangat terasa, kami berharap ke depan akan terjadi perubahan yang lebih positif," kata Johanes.

Emiten baja yang dikenal dengan nama Spindo ini mengusung empat strategi untuk mendongkrak pendapatan dan menjaga profitabilitas pada semester II-2025. Pertama, peningkatan efisiensi operasional, termasuk penguatan tata kelola stok dan utilisasi mesin di seluruh unit produksi.

Baca Juga: Strategi Industri Baja: KRAS, ISSP, GGRP Hadapi Kenaikan Tarif Impor Baja ke AS

"Kami tetap fokus pada penguatan margin, bukan hanya volume dan memastikan struktur biaya tetap efisien agar profitabilitas dapat terjaga bahkan di tengah ketidakpastian." ujar Johanes.

Kedua, penguatan penetrasi pasar domestik, khususnya ke sektor swasta dan proyek-proyek properti yang mulai bangkit. ISSP juga melirik peluang dari Program 3 Juta Rumah yang diusung oleh pemerintah. "Karena rumah juga memerlukan produk kami." kata Johanes.

Ketiga, pengembangan pasar ekspor secara selektif, dengan tetap mempertimbangkan risiko kebijakan tarif dan nilai tukar. Keempat, digitalisasi proses bisnis dan peluncuran inisiatif-inisiatif baru dalam bidang Customer Relationship Management (CRM) dan intelijen pasar untuk memperkuat relasi dengan pelanggan. 

Baca Juga: China Kenakan BMAD Stainless Steel dari Indonesia, Harga Bijih Nikel Bisa Terkoreksi

Selanjutnya: Investor Asing Gencar Memburu Bank Lokal, Seperti Apa Cuan yang Dikantonginya?

Menarik Dibaca: Penjualan Tiket KA Paling Banyak Lewat Access by KAI, Total Transaksi 12,6 Juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×