Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Amailia Putri
JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) kian serius menggarap bisnis beton. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di pasar global. BUMN konstruksi ini siap menyuntik modal untuk perusahaan beton patungan di Myanmar.
Destiawan Soemardjono, Direktur Operasional Wijaya Karya mengatakan, WIKA akan mengempit 40% saham pada perusahaan patungan dengan perusahaan konstruksi Myanmar, United Mercury Group (UMG).
"Secara bertahap hingga tiga tahun ke depan, kami akan perbesar saham kami hingga mencapai 40%," ujarnya, Jumat (19/7). Pada tahap awal, WIKA hanya akan menggenggam 10% saham di perusahaan patungan tersebut.
Selanjutnya, pada tahun ke dua, WIKA melalui anak usaha, PT Wika Beton, akan memperbesar kepemilikan menjadi 15% hingga 20%. Hingga tahun ke tiga kepemilikan saham di Season One akan bertambah menjadi 40%.
Pabrik patungan ini akan memproduksi jenis beton pra cetak (pre cast) dengan kapasitas 27.000 ton per tahun. Nilai investasi diperkirakan sekitar US$ 20 juta. Pembangunan rencananya akan mulai dilakukan akhir tahun ini. Bulan Juli 2013 ini, kata Destiawan, kedua belahpihak akan menyelesaikan urusan legal admisitrasi.
Untuk memuluskan rencana ekspansi, Wika Beton berniat mencari pendanaan di pasar modal. Perusahaan tengah menyiapkan untuk proses pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika tidak aral melintang, di semester II-2013 Wika Beton akan menjadi penghuni baru BEI.
Maklum, Wika Beton membutuhkan banyak dana segar untuk melancarkan ekspansi. Perseroan akan membangun pabrik beton baru di Banten. Rencanaanya, pabrik ini akan memiliki kapasitas 30.000 ton per tahun. Tidak hanya itu, Wika Beton juga akan membangun pabrik beton di Sumatera Selatan dengan kemampuan produksi sekitar 50.000 ton per tahun.
Sekadar informasi, kapasitas produksi pabrik Wika Beton saat ini sebesar dua juta ton per tahun. Sedangkan produksi 1,8 juta ton per tahun. Tahun depan ditargetkan kapasitas pabrik beton WIKA bisa mencapai tiga juta ton per tahun. Kontribusi Wika Beton terhadap induk tahun ini ditargetkan Rp 2,2 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News