Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Rencana PT Wijaya Karya (Persero) Tbk untuk memiliki lini bisnis pengolahan air minum semakin dekat. Tahun depan, emiten pelat merah dengan kode saham WIKA ini serius menggarap proyek sistem penyediaan air minum (SPAM).
"Semua prosesnya termasuk feasibility study (FS) akan tuntas tahun depan," ujar Direktur Human Capital dan Pengembangan WIKA Ganda Kusuma Kepada KONTAN akhir pekan lalu.
Dalam proyek tersebut, Waduk Jatiluhur bakal menjadi sumber utama air yang bakal diolah menjadi air bersih layak minum tersebut. Nantinya, pipa-pipa besar akan disambungkan untuk menyalurkan air ke sejumlah titik di kawasan Jakarta dan Jawa Barat.
Namun, perseroan tidak bekerja sendiri dalam pengerjaan proyek dengan nilai investasi sekitar Rp 1,6 triliun ini. Perseroan bekerja dalam skema konsorsium dengan sejumlah perusahaan seperti Perum Jasa Tirta II, PT Pembangunan Jaya (BUMD DKI Jakarta) dan PT Tirta Gemah Ripah (BUMD Jawa Barat).
Konsorsium tersebut nantinya akan membentuk satu entitas usaha sebagai pengelola bisnis SPAM Jatiluhur. Namun, WIKA tidak menjadi pemegang saham mayoritas, melainkan hanya menggenggam 20% atas saham entitas usaha tersebut.
SPAM Jatiluhur diperkirakan mampu menyalurkan air dengan kapasitas 10.000 kubik air per detik. "Diharapkan proyek ini mampu menambah suplai atas permintaan air bersih di kawasan Jakarta dan sekitarnya," imbuh Ganda.
Sayang, proyek ini terbilang proyek baru dan yang pertama kalinya dikerjakan oleh WIKA. Sehingga perseroan belum bisa memproyeksi secara pasti pundi-pundi pendapatan yang diterima dari investasi ini.
"Tapi, secara keseluruhan kami memiliki target pertumbuhan pendapatan tahun depan 15% hingga 25%, begitu juga dengan target laba bersih kami," jelas Sektetaris Perusahaan WIKA Suradi pada kesempatan serupa.
Sebagai catatan, WIKA mengasumsikan total pendapatan, termasuk dengan pendapatan dari kerjasama operasi (KSO) hingga akhir tahun ini Rp 18,82 triliun. Sehingga, tahun depan manajemen membidik pendapatan sekitar Rp 21,64 triliun hingga Rp 23,52 triliun.
Setidaknya, optimisme ini didasari oleh bakal kembali ramainya proyek-proyek pemerintah seiring dengan pudarnya tekanan dari kondisi makro Indonesia, termasuk soal ketegangan politik yang terjadi di sepanjang tahun ini. Kebetulan, pemerintah juga sempat merevisi rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di proyek infrastruktur sehingga ada sejumlah proyek pemerintah yang tertunda.
Kondisi ini membuat pendapatan WIKA hingga akhir tahun ini menyentuh angkah sekitar Rp 13,67 triliun. Ini artinya, realisasi target pendapatan WIKA meleset 3% dari target yang sebelumnya telah dicanangkan, yakni di angka Rp 14,09 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News