kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wilmar mulai studi kelayakan dan peneltian pabrik tebu


Jumat, 03 September 2010 / 11:36 WIB
Wilmar mulai studi kelayakan dan peneltian pabrik tebu


Reporter: Herlina KD |

JAKARTA. Produsen minyak kelapa sawit (CPO) terbesar di dunia, Wilmar International Ltd mulai mengepakkan sayap bisnisnya. Setelah sukses di bisnis CPO, kini Wilmar tengah bersiap untuk masuk ke bisnis gula.

Melalui anak usahanya, Wilmar akan membangun pabrik gula yang terintegrasi dengan perkebunan tebu di kawasan Merauke, Papua. Pabrik gula ini merupakan bagian dari proyek food estate yang digulirkan oleh pemerintah. Wilmar telah menyiapkan dana investasi sebesar US$ 1,5 miliar.

Presiden Direktur Wilmar Nabati Indonesia Hendri Saktsi mengatakan saat ini Wilmar tengah melakukan studi kelayakan dan penelitian untuk tanaman tebu di Papua. "Saat ini kami sudah menanam tebu beberapa puluh hektar untuk dijadikan semacam laboratorium," kata Hendri.

Ia menambahkan, untuk penanaman tebu dan persiapan lahan membutuhkan waktu sekitar enam bulan. Tapi, untuk melakukan kajian lebih lanjut dibutuhkan waktu sekitar satu sampai dua tahun. Untuk tenaga ahlinya, Wilmar sudah menyiapkan tenaga yang sudah ahli di bidang gula dari Australia. Catatan saja, Wilmar sebelumnya telah mengakuisisi Australian Sugar, yaitu salah satu pabrik gula mentah di Australia yang berkapasitas 2 juta ton per tahun.

Sayangnya, Hendri belum mau menjelaskan berapa besar kapasitas dari pabrik gula yang akan dibangun di Papua ini. Sebab, penentuan kapasitas produksi ini akan sangat tergantung pada hasil produksi dari tanaman tebu yang sedang dilakukan dalam penelitian saat ini. "Makanya saat ini kami belum bisa menentukan kapasitas produksi pabrik, karena sangat tergantung pada hasil uji laboratoriumnya," ungkapnya.

Ia hanya bilang, saat ini Wilmar telah diberi alokasi lahan seluas 200.000 hektar oleh pemerintah. Pasalnya, "Pembangunan pabrik gula terpadu di Papua membutuhkan lahan minimal 100.000 hektar, agar feasible. Kalau kurang dari 100.000 hektar tidak ekonomis," jelasnya.

Selain Wilmar, ada perusahaan lain yang juga berminat masuk ke bisnis gula. Beberapa waktu lalu Menteri Perindustrian M.S. Hidayat menyatakan, hingga saat ini sudah ada lima perusahaan yang berminat untuk investasi pabrik gula di kawasan food estate di Papua. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah wilmar International Ltd, Grup Sinar Mas, RNI, Grup Medco, dan perusahaan milik Murdaya Poo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×