Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Rupanya produk sosis bikinan Indonesia harganya dua kali lipat lebih mahal dari harga jual produk sosis Malaysia.
Ishana Mahisa, Ketua Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia / National Meat Processors Association Indonesia (NAMPA) mengatakan, menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) harga rata-rata sosis impor adalah US$ 2,29 per kilogram. Dengan kurs Rp 13.000 per dollar, itu artinya harga sosis impor dari Malaysia kebanyakan hanya Rp 29.770 per kilogram.
“Sementara dengan kualitas sama buatan Indonesia bisa mencapai Rp 60.000 per kilogram," kata Ishana, Rabu (8/7).
Donatus Hartono, Sekretaris Jenderal NAMPA menambahkan, perbedaan harga tersebut dikarenakan industri olahan daging dan sosis di Malaysia menggunakan bahan baku yang lebih murah dari Indonesia. "Di Malaysia itu pakai daging sapi dari India. Sedangkan Indonesia pakai daging sapi dari Australia. Harga daging India itu lebih murah bisa sampai setengah harga dari Australia," ujar Donatus.
Ia mengatakan harga sapi India itu lebih murah karena dinilai belum bebas dari Penyakit Mulut Kuku (PMK). "Kalau ada barang sama dengan imej yang berbeda, pasti lebih mahal yang punya imej bagus, dan yang imej-nya jelek ya jatuh harganya," ujar Donatius.
Di Indonesia, terdapat kebijakan tidak boleh impor daging sapi dari India karena belum bisa bebas dari PMK. "Ini masalah kebijakan masing-masing negara saja," ujar Donatus.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) volume impor sosis dan daging olahan dengan kode Harmonized System (HS) 1601 pada 2014 adalah sebesar 2,42 juta ton. Dari jumlah itu, volume impor sosis dan daging olahan adalah sebesar 2,07 juta ton.
"Pada 2014, sebesar 85,73% dari total impor sosis dan daging olahan itu berasal dari Malaysia. Nilainya mencapai US$ 4,76 juta," ujar Ishana.
Sedangkan untuk impor olahan daging lain-lain (di luar sosis) dengan kode HS 1602 pada 2014 adalah sebesar US$ 14,24 juta dengan volume 3,77 juta ton. Impor produk olahan daging lain-lain Malaysia pada 2014 mencapai sekitar US$ 1,97 juta atau setara dengan 13,87%, dengan volume sekitar 522,89 ribu ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News