kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,45   -20,04   -2.17%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia mulai impor listrik dari Malaysia


Kamis, 21 Januari 2016 / 20:59 WIB
Indonesia mulai impor listrik dari Malaysia


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Indonesia lewat PT PLN (Persero) mulai mengimpor tenaga listrik dari Malaysia, melalui perusahaan negaranya, Sesco, setelah interkoneksi kelistrikan kedua negara terjadi pada 20 Januari 2016 pukul 14.26 WIB.

Manajer Senior Humas PLN Agung Murdifi mengatakan, listrik kedua negara itu dihubungkan melalui kabel saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) berkapasitas 275 kV antara Gardu Induk tegangan Extra Tinggi (GITET) Bengkayang, Kalimantan Barat, yang dioperasikan PLN dan GITET Mambong, Serawak yang dioperasikan Sesco.

"Interkoneksi ini sudah melalui beberapa rangkaian pengujian," ujarnya, Kamis (21/1).

Menurut Agung Murdifi, pada tahap awal Sesco akan menyalurkan daya listrik sebesar 10 MW dan secara bertahap sampai akhir Maret 2016 akan menjadi 50 MW.

Selanjutnya, Sesco akan memasok secara konstan 50 MW saat luar waktu beban puncak (LWBP) dan 230 MW saat waktu beban puncak (WBP).

Ia mengatakan, impor listrik tersebut akan memberikan potensi penghematan bagi PLN sebesar Rp3,5 miliar per hari karena penurunan biaya pokok produksi (BPP) dari sebelumnya Rp2.700/kWh menjadi Rp1.700/kWh.

PLN dan Sesco telah menekan perjanjian jual beli atau ekspor impor listrik (power exchange agreement/PEA) selama 25 tahun.

Sesuai PEA, selama lima tahun pertama, Indonesia akan membeli listrik dari Malaysia 50 MW saat LWBP dan 230 MW saat WBP. Selanjutnya, selama lima tahun berikutnya, PLN dimungkinkan menjual listrik ke Malaysia.

PEA juga berisi kewajiban pembangunan SUTET 275 kV sepanjang 127 km yang terdiri atas 82 km di wilayah Kalbar dan 45 km berlokasi di Serawak.

Agung mengatakan, saat ini, sistem kelistrikan Kalbar mengalami defisit listrik sebesar 30 MW, dengan daya mampu 240 MW.

"Dengan masuknya listrik Malaysia sebesar 50 MW ini akan menutupi defisit listrik di Kalbar, sehingga mengatasi pemadaman di wilayah Kalbar khususnya sistem Khatulistiwa dalam dua tahun terakhir," ujarnya.

Ia menambahkan, Kalbar juga sedang menunggu masuknya PLTU Kalbar 1 (2x50MW), PLTU Kalbar 2 (2x27,5MW) dan PLTU Kalbar 3 (2x55MW) yang kini masih dalam tahap pembangunan.

Menurut dia, jika semua PLTU dengan kapasitas 265 MW itu beroperasi, maka tidak menutup kemungkinan Kalbar bisa mengekspor listrik ke Serawak, Malaysia melalui jaringan SUTET yang sama.

ASEAN Power Grid Pada bagian lain, Agung mengatakan, interkoneksi Kalbar-Serawak merupakan bagian dari ASEAN Power Grid yang akan menyambungkan jaringan listrik seluruh negara kawasan ASEAN.

"'Grid' ruas Kalbar-Serawak ini merupakan pertama untuk Indonesia dan PLN. Begitu pula untuk Sesco merupakan yang pertama," ujarnya.

Ia mengatakan, upaya interkoneksi jaringan listrik sudah muncul sejak pertemuan pertama Forum Head of ASEAN Power system Utilities Association (HAPUA). "Nota kesepahaman ASEAN Power Grid lahir pada 2007 di Singapura," katanya.

Menurut dia, integrasi sistem kelistrikan juga menjadi salah satu target Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). ASEAN, lanjutnya, menyadari infrastruktur listrik punya peran krusial bagi upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kesejahteraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×