Sumber: Kontan | Editor: Test Test
JAKARTA. Industri pengolahan susu nasional tampaknya masih menjadi ceruk bisnis yang menjanjikan. Buktinya, investasi ke sektor ini masih cukup menarik di mata beberapa perusahaan besar.
Data yang dilansir oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menguatkan hal ini. Lihat saja, pada tahun 2009, BKPM menerbitkan izin usaha tetap dan izin prinsip untuk delapan perusahaan susu. Total investasi yang bakal mereka tanamkan mencapai US$ 56,757 juta dan Rp 10,2 triliun.
Delapan perusahaan tersebut, di antaranya PT Ajinomoto Calpis Beverage Indonesia, PT Frisian Flag Indonesia, PT Puri Purnama Delodyeh, PT Cisarua Mountain Dairy, PT Sari Husada, PT Danone Indonesia, dan PT Indolakto (lihat tabel).
Perusahaan-perusahaan tersebut memproduksi beragam jenis susu, mulai susu sapi segar, yoghurt, jelly puding, pasteriz milk, acidif milk, susu kental manis, susu steril, hingga susu bubuk. Frisian Flag, misalnya, mengantongi izin prinsip dengan total investasi mencapai US$ 37,728 juta. Perusahaan ini memproduksi susu kental manis, susu cair dan susu bubuk dengan total volume mencapai 129.915 liter.
"Ini adalah penambahan kapasitas produksi. Setiap enam bulan sekali, perusahaan ini juga melaporkan perkembangan peningkatan kapasitas produksi kepada BKPM," kata Manajer Komunikasi Frisian Flag Anton Susanto.
Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman menyatakan, pihaknya belum memiliki hitungan seberapa besar pertumbuhan industri minuman susu olahan yang ada di Indonesia. Namun, ia memperkirakan industri pengolahan susu akan tumbuh seiring moncernya industri makanan dan minuman yang tahun ini bakal tumbuh sebesar 10%.
Adhi menghitung, berkembangnya industri susu olahan ini juga didorong oleh meningkatnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi susu olahan sebagai asupan yang baik untuk kesehatan.
Hal ini merupakan peluang baru bagi perusahaan minuman susu olahan untuk menciptakan variasi produk susu olahan. "Minuman variasi susu olahan seperti yoghurt juga menjadi tren baru terutama bagi masyarakat kelas menengah ke atas," jelasnya.
Menurut Sabrana, Ketua Umum Asosiasi Industri Pengolahan Susu, tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia sebenarnya masih terbilang rendah. Sabrana menyatakan, konsumsi susu masyarakat Indonesia saat ini baru sekitar 10,5 kilogram per kapita per tahun. "Sedangkan di negara lain, konsumsinya bisa dua atau tiga kali lipat dari jumlah itu," jelasnya.
Lebih dari sekadar pekerjaan rumah bagi industri susu olahan di dalam negeri, fakta ini sebetulnya juga menunjukkan besarnya peluang mengembangkan industri ini.
Pemerintah telah membikin blue print untuk mengembangkan industri susu olahan dalam periode 2010-2015. Antara lain, pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan susu olahan sebesar 10% per tahun dan meningkatkan konsumsi susu nasional menjadi 23 liter per kapita per tahun. Pasokan susu segar dalam negeri juga akan ditingkatkan menjadi 50%, dan produktivitas sapi perah akan ditingkatkan menjadi di atas 20 liter per ekor per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News