Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Seperti diketahui, mulanya insentif itu akan berakhir pada akhir tahun ini, namun Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur BI pada 19-20 Oktober lalu memutuskan untuk memperpanjang hingga akhir 2023.
“Kami tentunya menyambut baik keputusan dari Bank Indonesia untuk melanjutkan kebijakan relaksasi di sektor properti ini. Perpanjangan insentif ini kami yakini akan mendorong penyaluran kredit perbankan kepada dunia usaha, sehingga memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian,” jelas John.
Di sisi lain, John menilai sektor properti telah menunjukkan daya tahan luar biasa selama pandemi. Daya resiliensi yang sama, lanjutnya, akan menjadi modal sektor properti melewati masa krisis.
“Yang jelas, sektor properti akan tetap prospektif. Sebabnya, Indonesia masih memiliki kesenjangan kepemilikan pemukiman, selain itu pertumbuhan kelas menengah yang kuat akan menjamin kesinambungan pertumbuhan permintaan tersebut,” kata John.
Lebih jauh, kata dia, faktor kelas menengah dan permintaan domestik yang besar inilah sebagai juru selamat bagi perekonomian nasional menghadapi kondisi terpuruknya perekonomian global.
Baca Juga: John Riady Sebut Visi Jokowi Soal Ekonomi Digital Relevan dan Kontekstual
“Hal ini sejalan dengan perkiraan IMF, yang menyinggung kondisi perekonomian Indonesia jauh lebih tahan menghadapi ketidakpastian saat ini,” katanya.
Ia menambahkan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berhasil membukukan pra penjualan semester pertama ini sekitar 47,8% dari target tahun 2022 senilai Rp 5,2 triliun. Adapun, pencapaian pra penjualan pada semester I 2022 tumbuh sebesar 7% secara tahunan atau year on year (yoy).
Meski demikian, kata John, antisipasi terhadap potensi resesi harus tetap dilakukan pelaku industri. Misalkan, untuk mengerem penurunan permintaan akibat daya beli yang tergerus, para pelaku sektor properti harus mampu menawarkan produk yang sesuai agar bisa terserap pasar.
John menilai kebijakan dari pemerintah juga penting guna menyangga laju sektor properti.
“Pelemahan daya beli serta meningkatnya cost bisa diakomodir dengan kebijakan yang menstimulus seperti PPN DTP yang terbukti efektif. Sebab kenyataannya, sektor properti yang padat karya ini memiliki permintaan potensial yang masih sangat besar secara domestik,” katanya.
Baca Juga: John Riady Berharap Pemerintah Perpanjang PPN DTP di Tengah Kenaikan Inflasi
Sementara itu, Rektor Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro menyatakan, Indonesia memiliki berbagai keunggulan untuk bertahan menghadapi ancaman resesi. Kehadiran kelas menengah yang secara demografi juga berusia muda merupakan mayoritas penduduk, telah memperkuat perekonomian nasional melalui konsumsi domestik.
Indonesia memiliki cadangan daya beli domestik cukup besar, terlebih lagi pembangunan infrastruktur kian membuat perekonomian semakin terintegrasi.
“Adanya jalan tol lintas Jawa dan Sumatra yang dibangun sebelum pandemi membuat sisi permintaan dan produksi menjadi lebih terintegrasi,” katanya.
Faktor-faktor inilah yang menurut Ari membuat Indonesia jauh berbeda dari negara lain, termasuk Vietnam meskipun mempunyai pertumbuhan ekonomi sangat tinggi di kawasan.
“Jadi Indonesia menjadi daerah yang menarik. Kalau ada pabrik perlu kelas menengah pekerja, lalu mereka butuh sekolah, kalau sudah butuh sekolah butuh perumahan, dan kalau butuh perumahan harus ada fasilitas pasar segala macam. Jadi itulah bedanya Indonesia misalnya dengan Vietnam, sebab dari sisi kelas menengah, Indonesia lebih banyak,” kata Ari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News