Reporter: Muhammad Julian | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan perkebunan, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) akan lebih selektif dalam menyerap capex yang telah dianggarkan akibat merebaknya wabah virus corona.
"Kami sedang menerapkan pemilihan kebutuhan capex berdasarkan skala prioritas kebutuhan,” tutur Head of Investor Relations Sampoerna Agro, Michael Kesuma ketika dihubungi Kontan.co.id (08/03).
Baca Juga: Luhut tidak ingin ada pengembangan perkebunan sawit di wilayah Papua
Sedikit informasi, sebelumnya emiten yang memiliki kode saham “SGRO” berencana menganggarkan capex sebesar Rp 600 miliar untuk tahun ini. Sebanyak 2/3 dari capex tersebut akan digunakan untuk pemeliharaan dan pengembangan asset perkebunan seperti misalnya pembelian pupuk, pemeliharaan tanaman, ekspansi penanaman baru (new planting) ataupun penanaman kembali (replanting), dan sebagainya.
Sementara itu, sebanyak 1/3 dari capex akan dialokasikan untuk pemeliharaan asset tetap seperti bangunan, jalan, mesin, dan lain-lain.
Baca Juga: Kinerjanya dibanyangi efek virus Corona, begini respons industri kelapa sawit
Sejauh ini, perseroan belum menyebutkan secara persis alokasi serapan yang direncanakan berdasarkan selective spending yang dimaksud karena kebutuhan yang ada akan disesuaikan dengan perkembangan kondisi yang terjadi.
Yang jelas, rencana-rencana yang berkaitan dengan produksi dan produktivitas akan menjadi prioritas utama perseroan dalam menyerap capex tahun ini.
Baca Juga: Ada efek virus Corona, begini strategi Sampoerna Agro (SGRO)
Kehati-hatian ini sebenarnya beralasan. Pasalnya, harga minyak sawit mentah (CPO) memang masih menunjukan ketidakpastian.
Mengutip Bursa Derivatif Malaysia, Michael mencatat bahwa mulanya harga CPO sempat bertengger pada posisi puncak di harga 3.000 RM (Ringgit Malaysia) per kg di awal tahun.
Namun demikian, harga ini kemudian mengalami penurunan ke level RM 2.500 per kg belakangan ini, meski angka tersebut masih berada di atas rata-rata harga tahun lalu yang sebesar RM 2.000 per kg.
“Kalau dilihat dampak negatif (virus corona) sudah terlihat, harga komoditas menurun dari puncaknya,” terang Michael (08/03).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News