Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) mendorong pemerintah untuk mengembangkan benih kedelai lokal yang berkualitas. Sebab saat ini, rata-rata produktivitas kedelai lokal sekitar 1,4 ton hingga 1,5 ton per hektare (ha). Sementara produktivitas kedelai di Amerika Serikat (AS) rata-rata 2 ton per ha.
Direktur Eksekutif Akindo Yus'an mengatakan peningkatan produktivitas kedelai merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri.
Seperti diketahui, pada tahun 2015, produksi kedelai lokal menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 983.000 ton. Sementara impor kedelai sebesar 2,3 juta ton.
Dengan kondisi seperti ini, pemerintah tidak dapat serta merta mengurangi impor kedelai karena akan berdampak pada pengrajin tahu dan tempe di dalam negeri. Mereka ini membutuhkan kedelai sebesar 1,8 juta ton per tahun.
"Seharusnya, pemerintah menggunakan data akurat dalam mengambil kebijakan, dan tidak hanya mengandalkan data BPS yang saat ini tidak sesuai dengan kondisi di lapangan," ujar Yus'an.
Ia mengambil contoh saat musim panen kedelai, para pengusaha kerap kesulitan mencari kedelai lokal di pasaran. Hal itu disebabkan karena produksi kedelai lokal masih sedikit. Bahkan para pengusaha juga tetap melakukan penyerapan kedelai lokal sebelum melakukan impor. Kedelai impor digunakan untuk menutupi kekurangan produksi dalam negeri.
Di sisi lain, kualitas kedelai lokal masih kalah dibandingkan dengan kedelai asal AS. Ini menjadi tugas pemerintah juga agar para pengrajin tahu dan tempe mau menggunakan kedelai lokal. Sebab masyarakat lebih suka tahu dan tempe yang bahan dasarnya dari kedelai impor.
Dengan kondisi itu, Akindo mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati dalam mengambil kebijakan pengendalian kedelai impor bila produksi dalam negeri belum bisa mencukupi permintaan pasar domestik. Sebab kesalahan kebijakan bisa berdampak fatal bagi kelangsungan industri tahu dan tempe lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













