kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.193   52,26   0,73%
  • KOMPAS100 1.105   10,19   0,93%
  • LQ45 877   10,63   1,23%
  • ISSI 221   0,76   0,35%
  • IDX30 448   5,44   1,23%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,28   1,02%
  • IDXV30 134   0,28   0,21%
  • IDXQ30 149   1,42   0,96%

Anak milenial generasi keempat Nojorono di balik racikan Minak Djinggo Rempah


Sabtu, 04 Juli 2020 / 19:12 WIB
Anak milenial generasi keempat Nojorono di balik racikan Minak Djinggo Rempah
ILUSTRASI. Daniel S Halim, generasi keempat keluarga pendiri Nojorono Tobacco International yang ditunjuk sebagai Project Manager Minak Djinggo Rempah.


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

Di sisi lain, Nojorono berani meluncurkan Minak Djinggo Rempah dengan harga cukup murah, yakni Rp 10.000 per bungkus isi 10 batang.

Setelah mendapatkan tantangan dan amanat untuk membuat sebuah produk bernilai tambah, Daniel lantas membentuk tim kecil untuk mewujudkan mimpi Nojorono Tobacco.

Daniel memang memiliki ketertarikan meracik rokok sejak berusia 16 tahun. Dia kerap bolak-balik ke fasilitas riset dan pengembangan Nojorono hanya untuk mengamati proses meracik rokok.

Baca Juga: Produsen rokok no 5 terbesar, Nojorono semprot disinfektan pasar-pasar Kudus

Maka tak heran apabila proyek Minak Djinggo Rempah diserahkan kepadanya, yang memang memegang warisan racikan Minak Djinggo dan keturunan langsung keluarga pendiri Nojorono.

Daniel mengakui, tidak mudah meracik dan merancang Minak Djinggo Rempah hingga akhirnya menjadi produk seperti sekarang. Prosesnya rumit, bahkan kerumitan itu dimulai dari pemilihan tembakau. "Saya harus menetapkan satu dari sembilan brand tembakau," ungkap pria lulusan S1 dan S2 University of Portland, Amerika Serikat, tersebut.

Proses selanjutnya yang tak kalah sulit adalah menyatukan ramuan dan cita rasa rempah-rempah ke dalam produk rokok. "Di awal meracik, sampai ada rasa pedas di mulut. Setelah berkali-kali percobaan, akhirnya ketemu juga cita rasa yang pas," tutur Daniel.

Baca Juga: Akademisi dorong adanya regulasi produk tembakau alternatif

Setelah selesai meracik produk, tim Minak Djinggo Rempah harus memikirkan kemasannya. Lantaran produk ini dihasilkan dari barang alami dan tanpa pengawet, maka membutuhkan kemasan yang kuat dan mampu melindungi cita rasa rempah.

Oleh karena itu, Minak Djinggo Rempah dikemas khusus dengan teknik double protection. Perinciannya, kemasan bagian dalam menggunakan sistem shell & slide dengan pembungkus aluminium foil.

Adapun bagian luar dibungkus lagi dengan bungkus BOPP yang bertujuan menjaga product freshness dan dibalut dengan desain bernuansa batik khas Nusantara.

Dalam tempo 2,5 bulan di masa pandemi corona, Daniel bersama timnya berhasil menyelesaikan proyek Minak Djinggo Rempah.

Di tahap awal, Nojorono Tobacco memproduksi Minak Djinggo Rempah sebanyak 1 ton, yang menyasar pasar Jawa Tengah terlebih dahulu, kemudian Jawa Barat dan DKI Jakarta. Tahap selanjutnya menyasar luar Jawa.

Baca Juga: Naiknya tarif cukai pengaruhi omzet industri rokok

Menyasar kaum milenial dan kalangan dewasa muda, harga Minak Djinggo Rempah memang cukup miring, yakni Rp 10.000 per bungkus isi 10 batang. Nojorono mengklaim tidak mengambil margin besar dari produk ini.

Jejak Nojorono yang berdiri sejak 88 tahun silam, baca di halaman berikutnya >>



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×