Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terkait ketahanan ekonomi Indonesia, sektor manufaktur tetap menjadi pilar utama perekonomian nasional. Sektor ini menyumbang sekitar 17%–20% produk domestik bruto (PDB) dan menyediakan lapangan kerja bagi lebih dari seperlima tenaga kerja dalam negeri.
Pada kuartal II 2025, sektor manufaktur tumbuh sebesar 5,6% year-on-year (yoy). Pendorongnya ekspor yang kuat dan lonjakan pesanan baru. Fakta ini secara jelas menunjukkan peran penting pertumbuhan industri dalam menopang kemajuan nasional Indonesia.
Indonesia sendiri memiliki strategi Making Indonesia 4.0. Visi mengubah Indonesia dari “pasar” menjadi “produsen.” Rencana ini berfokus pada peningkatan kemandirian industri, pengembangan industri hilir bernilai tambah, serta integrasi Indonesia ke dalam rantai pasok global menghadapi era Industri 4.0.
Ha Sang-chul, CEO LG Electronics Indonesia menjelaskan, sejauh ini sinergi antara dunia usaha dan Indonesia dapat mendorong kemajuan yang berarti. "Kami mengintegrasikan riset dan pengembangan (R&D), produksi, pemasaran, penjualan, serta layanan purna jual di bawah satu naungan. Kami operasional LG pertama di dunia yang mengelola seluruh rantai nilai secara domestik," ujarnya, dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/10).
Untuk menggenjot bisnis, LG Electronics telah membuka Overseas TV R&D di Cibitung. Ini adalah anak perusahaan khusus riset luar negeri pertama milik LG Media Entertainment Solution Company.
Baca Juga: Deindustrialisasi Dini Dinilai Penyebab Mayoritas Pekerjaan di Indonesia Tak Layak
Di sisi lain, ancaman terhadap manufaktur kian nyata. Pangsa sektor manufaktur terhadap PDB telah turun dari 32% pada tahun 2002 menjadi hanya 19% pada tahun 2024. Penurunan ini mencerminkan meningkatnya tekanan deindustrialisasi, hilangnya lapangan kerja, serta erosi bertahap kelas menengah.
Tanpa adanya intervensi, tren ini berisiko melemahkan daya saing ekonomi sekaligus merusak tatanan sosial yang selama ini ditopang oleh basis industri yang kuat.
Oleh karena itu, pemerintah harus mengidentifikasi sumber pendapatan baru bagi sektor manufaktur. Sejalan dengan upaya tersebut, Kementerian Perindustrian telah meluncurkan Peta Jalan Jasa Industri Tahun 2025–2045 untuk meningkatkan kontribusi sektor manufaktur terhadap pembangunan ekonomi nasional.
Peta jalan tersebut menetapkan empat prioritas utama. Pertama, meningkatkan pangsa jasa industri dalam perekonomian hingga mencapai 6,04% pada tahun 2045.
Kedua, memastikan pertumbuhan jasa industri yang melampaui laju pertumbuhan PDB nasional. Ketiga, memperluas pangsa pasar domestik sekaligus memperkuat industri penunjang lokal. Keempat, menambah jumlah tenaga kerja jasa industri bersertifikat yang memiliki keterampilan sesuai kebutuhan masa depan.
Industry 4.0 tentu tetap menjadi fokus utama ambisi industri Indonesia. Namun, kemajuan tidak bergantung hanya pada teknologi, tetapi juga pada kualitas sumber daya manusia.
Meskipun kecerdasan buatan (AI) mampu membawa perubahan besar, kekurangan talenta digital dan infrastruktur pendukung dapat memperlambat peningkatan produktivitas serta membatasi potensi manufaktur bernilai tinggi. Oleh karena itu, upaya menjembatani kesenjangan ini menjadi hal yang sangat penting.
Baca Juga: Investasi Tumbuh, PHK Naik: Industri Tekstil Terancam Deindustrialisasi
Sektor swasta memegang peran yang krusial. Melalui investasi dalam peningkatan keterampilan digital, perusahaan dapat membekali para pekerja dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk manufaktur tingkat lanjut.
Foreign direct investment (FDI), atau investasi asing langsung, dapat memperkuat upaya terkait. Perusahaan multinasional meningkatkan infrastruktur dan mendorong daya saing ekspor Indonesia dengan membangun basis manufaktur, jaringan pemasok, dan pusat logistik, yang memperkuat posisi Indonesia di jaringan produksi global dan regional.
Mereka juga membawa keahlian di bidang teknologi hijau dan praktik manufaktur yang bertanggung jawab, membantu Indonesia menyelaraskan pertumbuhan industri dengan tujuan keberlanjutan.
Melalui langkah-langkah tersebut, dunia usaha dapat membantu memastikan transformasi industri Indonesia berlangsung kompetitif, inklusif, berorientasi masa depan, dan ramah lingkungan. "Pendekatan kami memadukan kekuatan manufaktur lokal, alih teknologi, dan program keberlanjutan yang secara langsung menjawab prioritas nasional," kata Ha Sang-chul.
Selanjutnya: Rampungkan Proyek Ballroom Amaris Gorontalo, ESTA Masuk ke Bisnis Binatu
Menarik Dibaca: IHSG Masih Rawan Konsolidasi, Simak Rekomendasi Saham MNC Sekuritas (6/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News