Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada awal November 2017, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah menginisiasi kebijakan contract mirroring yang mengalihkan kontrak-kontrak dengan penyedia barang dan jasa yang dimiliki oleh Total E&P Indonesie langsung kepada PT Pertamina Hulu Mahakam.
Kebijakan contract mirroring yang mencakup lebih dari 500 kontrak ini akan memberikan kepastian kesinambungan operasi dalam rangka pengalihan operasional Blok Mahakam dari Total E&P Indonesie kepada PT Pertamina Hulu Mahakam.
Namun ternyata contract mirroring ini belum berlaku bagi perusahaan penyedia barang dan jasa seperti PT PT Apexindo Pratama Duta Tbk. Sekretaris Perusahaan Apexindo, Frieda Salvantina belum mengetahui mengenai contract mirroring.
Menurutnya, kontrak bagi perusahaan jasa migas di Blok Mahakam untuk tahun 2018 akan ditentukan melalui proses tender. "Setahu saya, pekerjaan di Blok Mahakam untuk kontrak 2018 melalui proses tender," kata Frieda ke Kontan.co.id pada Jumat (24/11).
Frieda pun menyebut Apexindo siap mengikuti proses tender di Blok Mahakam tahun depan. "Untuk kontrak 2018, Apexindo mengikuti proses tender," imbuhnya.
Apexindo sendiri memegang kontrak pekerjaan Pertamina di blok yang ada di Kalimantan Timur tersebut. Sayangnya, Frieda tidak mau menyebut nilai dari proyek tersebut.
"Saat ini kontrak yang tengah berjalan antara Apexindo dengan Pertamina di Blok Mahakam adalah untuk satu unit swambarge. Kontrak saat ini jangka waktunya sampai akhir tahun 2017,"jelas Frieda.
Dengan belum adanya kepastian kontrak dari Blok Mahakam, Frieda mengaku perseroan hanya akan menargetkan pertumbuhan yang konservatif pada tahun depan. Maklum saja, kondisi sektor hulu migas Indonesia juga belum membaik sejak jatuhnya harga minyak dunia sejak 2014 lalu.
"Melihat kondisi yang ada secara konservatif kami harap minimal sama dengan tahun ini, kalau bisa lebih tentu lebih naik," katanya.
Tahun ini Apexindo menargetkan bisa meraih lima kontrak baru. Hingga kuartal III 2017, Apexindo selain kontrak di Mahakam, Apexindo telah mencatatkan tiga kontrak baru pada tahun ini yang berasal dari sektor panas bumi.
Ketiga kontrak baru tersebut terdiri dari kontrak dengan Pertamina Geothermal Energy (PGE) pada 7 September 2017 untuk pekerjaan semi integrated project management (IFM) untuk pengeboran darat di Lahendong, Sulawesi Utara. Nilai kontrak sekitar US$ 22,02 juta tersebut berlaku hingga 18 Juni 2018.
Ada juga dua kontrak baru yang sudah lebih dulu didapat pada tahun ini, yakni pembangkit listrik tenaga panasbumi (PLTP) Tulehu di Ambon, Maluku dan PLTP Baturaden di Banyumas Jawa Tengah. Kedua kontrak tersebut berasal dari PT Halliburton Logging Services Indonesia.
Kedua kontrak tersebut terdiri dari kegiatan mengebor proyek panasbumi milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di PLTP Tulehu selama tujuh bulan dengan nilai kontraknya Rp 110,37 miliar dan PLTP Baturaden berupa pengeboran proyek panasbumi milik PT Sejahtera Alam Energy dengan nilai kontrak senilai Rp 105,47 miliar.
Selain kontrak baru, Apexindo juga telah mendapatkan dua kontrak carry over. Kontrak pertama berupa jasa pengeboran di lepas pantai perairan Natuna dari Premier Oil Natuna Sea B.V. dengan nilai US$ 30,19 juta dan memiliki durasi waktu dua tahun.
Kontrak lawas lain yang masih berjalan yakni jasa pengeboran di lepas pantai bagian utara, Jawa Barat dari PHE ONWJ. Nilai kontraknya US$ 43,74 juta dengan durasi dua tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News