Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menolak rencana PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menaikkan harga gas bumi untuk sektor industri.
Ketua Bidang Industri Manufaktur Apindo Bobby Gafur Umar mengungkapkan, kenaikan harga gas bumi bakal memberikan dampak pada daya saing industri hingga berujung pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta potensi inflasi akibat kenaikan harga di masyarakat.
Bobby menjelaskan, ada lima dampak makro yang akan timbul dari penyesuaian harga gas bumi ini.
Pertama, berdampak pada pemotongan produksi hingga 30% dari total produksi gas Indonesia. Kedua, mengurangi daya beli industri dan pengurangan tenaga kerja.
Ketiga, penurunan ekspor Indonesia dan market share berkurang di pasar global.
Keempat, penurunan iklim investasi arena Indonesia kalah bersaing dengan negara lain. Kelima, kenaikan harga gas bumi berpotensi menyebabkan inflasi.
Baca Juga: Kenaikan Harga Gas Industri Non-HGBT Ditolak Pemerintah, Ini Kata PGN
"Dampak kenaikan harga gas telah dirasakan sejumlah sektor industri, di antaranya pada Industri Makanan yang menggunakan energi gas sekitar 50% dari biaya produksi sehingga dengan kenaikan tersebut akan menurunkan daya saing baik di dalam negeri maupun ekspor global," kata Bobby dikutip dari siaran pers, Selasa (5/9).
Bobby menjelaskan, keluhan yang sama turut disampaikan industri tekstil yang mempekerjakan sekitar 3,5 juta
pekerja dan masih dalam pemulihan pasca COVID. Industri ini meminta dibatalkannya kenaikan harga gas untuk Alokasi Gas Industri Tertentu (AGIT) oleh PGN demi ketahanan industri tekstil nasional.
Rencana kenaikan harga gas bumi sektor pelanggan industri juga menuai penolakan dari Wakil Ketua Bidang Industri Manufaktur Apindo Rachmat Harsono.
Menurutnya, PGN tidak memiliki alasan untuk menaikkan harga gas bumi.
"Dunia usaha meminta agar pihak terkait memberikan informasi transparan mengenai perhitungan bahan baku, transportasi dan lainnya sebelum memutuskan menaikkan harga gas bumi," pungkas Rachmat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News