kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aprindo: Penjualan ritel diprediksi membaik pada momentum Ramadan tahun ini


Minggu, 18 April 2021 / 19:09 WIB
Aprindo: Penjualan ritel diprediksi membaik pada momentum Ramadan tahun ini
ILUSTRASI. Penjualan ritel pada Ramadan-Lebaran tahun ini diprediksikan meningkat 15% dari tahun lalu.


Reporter: Vina Elvira | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memperkirakan bahwa kinerja peritel modern berpotensi akan membaik di momentum Ramadan tahun ini. Hal itu lantaran kondisi Indonesia saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu ketika pandemi covid-19 baru saja meruap di Indonesia. 

Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey menargetkan pertumbuhan penjualan peritel modern di Ramadan tahun ini akan meningkat 15% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Angka tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan dengan penjualan Ramadan tahun lalu yang tercatat minus 20,6%.

Tapi, penjualan tahun ini masih terhitung turun antara 4%-5% jika dibandingkan dengan periode Ramadan-Lebaran tahun 2019. "Tahun 2020 lalu kita ketahui, saat bulan yang sama di April dan menjelang Mei itu ritel dan mal terdampak sangat signifikan, karena covid-nya baru mulai kemudian yang kedua belum ditemukan vaksin," ujar Roy kepada Kontan.co.id, Rabu (14/4). 

Optimisme Roy salah satunya didukung oleh pelaksanaan vaksinasi masal yang tengah digencarkan pemerintah sejak Januari lalu. Roy menilai, vaksinasi yang dilakukan dapat turut memulihkan kondisi ekonomi Indonesia. Hal ini secara bertahap akan ikut mengembalikan daya beli masyarakat seperti masa-masa sebelum terjadi pandemi. 

Baca Juga: Menyiasati pandemi, Trikomsel Oke (TRIO) memulai bisnis baru

"Tahun ini vaksin sudah ada, tetapi belum sampai 20% dari penduduk Indonesia yang menerima. Namun demikian, vaksin itu secara bertahap sudah mulai masuk dan dibagikan. Jadi pasti berbeda kondisinya," sebut Roy. 

Dia menambahkan, semangat masyarakat untuk berkegiatan di luar rumah juga diharapkan dapat berdampak pula terhadap keinginan masyarakat untuk berbelanja dan mengeluarkan uangnya untuk menyambut momentum Ramadan tahun ini. 

Guna memastikan seluruh permintaan konsumen selama Ramadan dapat terpenuhi, Roy bilang para peritel modern telah mempersiapkan ketersediaan pasokan barang sejak tiga bulan sebelum festive season dimulai. Hal itu dilakukan dengan cara membangun sinergi dengan para distributor.

"Ketersediaan barang menjadi faktor penting dan utama ketika memasuki lebaran atau puncak konsumsi masyarakat. Jadi kita pastikan kalau belanja di ritel modern barangnya selalu lengkap," ungkap dia. 

Baca Juga: Makin ramai, bank hingga fintech kolaborasi berebut pasar digital

Selain memastikan pasokan barang aman, menjaga tingkat kestabilan harga juga menjadi faktor penting yang harus disiagakan oleh para peritel moden. Hal itu dilakukan untuk menjaga kepercayaan masyarakat yang telah memilih berbelanja ke toko ritel terutama pada momentum Ramadan seperti saat ini. 

"Kami pastikan ketika masyarakat belanja ke ritel modern relatif dan sangat stabil harganya. Karena kita sudah menyediakan stoknya dari 1 kuartal sebelumnya. Dua hal itu menjadi yg utama di dalam menyediakan kebutuhan pokok dan sehari-hari bagi masyarakat," kata dia.

Roy bilang, barang-barang yang bersifat kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan pokok menjadi jenis produk yang paling diincar oleh masyarakat di setiap momentum Ramadan. Namun, di sisi lain produk non pangan juga ikut terdongkrak penjualannya meskipun tidak terlalu signifikan.

Dana atau bantuan pemerintah yang diperuntukkan bagi masyarakat menengah ke bawah, dikatakan Roy menjadi salah satu faktor yang dapat ikut meningkatkan daya beli masyarakat untuk berbelanja ke toko ritel khususnya pada momentum Ramadan seperti saat ini.

Baca Juga: Ramayana (RALS) diprediksi mampu catat pendapatan Rp 4 triliun di 2021

"Karena adanya tunjangan hari raya (THR), dana bantuan berkelanjutan bagi masyarakat, kemudian bagi yang menengah ke bawah akan ada bantuan beras, bantuan sosial dan kartu sembako. Jadi itu semuanya mengarahkan supaya masyarakat dengan dana yang diterima itu dapat berbelanja," ujar Roy. 

Sedangkan bagi masyarakat menengah ke atas, ketersediaan pasokan barang serta jaminan kesehatan saat berbelanja ke toko ritel, diyakini Roy menjadi faktor yang dapat menggairahkan kembali keinginan mereka untuk  berbelanja secara offline ke toko ritel.

"Jadi mereka masyarakat menengah ke atas yang tidak terdampak daya belinya, kita pastikan belanja di ritel aman dan kita pasti menyediakan barang dengan lengkap dan juga memberikan kestabilan harga," pungkas dia. 

Baca Juga: Mitra Adiperkasa (MAPI) membukukan rugi bersih Rp 553 miliar pada 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×