kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.915.000   -19.000   -0,98%
  • USD/IDR 16.341   27,00   0,17%
  • IDX 7.544   12,60   0,17%
  • KOMPAS100 1.047   -4,04   -0,38%
  • LQ45 795   -5,29   -0,66%
  • ISSI 252   0,56   0,22%
  • IDX30 411   -3,03   -0,73%
  • IDXHIDIV20 472   -7,09   -1,48%
  • IDX80 118   -0,54   -0,46%
  • IDXV30 121   -0,69   -0,57%
  • IDXQ30 131   -1,32   -1,00%

Asita Yogyakarta merugi hingga Rp 1,5 miliar


Sabtu, 02 Februari 2013 / 12:00 WIB
Asita Yogyakarta merugi hingga Rp 1,5 miliar
ILUSTRASI. Naik 2,00%, harga saham GZCO hijau di sesi pertama bursa Rabu (29/9)


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri

YOGYAKARTA. - Pailitnya Batavia Air diprediksi berimbas pada bisnis travel agent di DI Yogyakarta (DIY). Asosiasi Tour dan Travel Indonesia (Asita) DIY memperkirakan, pihaknya bisa merugi hingga Rp 1,5 miliar. "Uang ini merupakan deposit 50 anggota Asita yang masuk ke airlines," ujar Ketua Asita DIY, Edwin Ismedi Himna pada Jumat (1/2/2013).

Ia menjelaskan, selama ini, travel agent diwajibkan melakukan deposit atau top up ke airlines sebelum bertransaksi. Nilai deposit beragam, mulai Rp7,5 juta sampai Rp10 juta. Bahkan untuk travel agent baru, nilai deposit bisa mencapai Rp15 juta untuk satu maskapai.

Sejak berhenti beroperasi pada Kamis (31/1/2013) lalu, manajemen Batavia Air langsung menutup semua akses informasi, termasuk ke penumpang dan travel agent. Karenanya, hingga saat ini pihak travel agent belum mendapatkan kepastian resmi dari maskapai. "Sejauh ini mereka (Batavia Air-red) lepas tangan, mereka menyerahkan pada kurator," jelasnya.

Berdasarkan pengalaman sebelum-sebelumnya, pailitnya maskapai Mandala misalnya, pihaknya tidak pernah mendapatkan pencairan deposit. Jika dilihat dari itikad Batavai Air yang justru menutup jalur informasi, diperkirakan peristiwa tersebut akan terulang kembali.

"Padahal pencairan deposit itu sepenuhnya hak travel agent. Bukan untuk biaya operasional maskapai, apalagi buat pesangon karyawan mereka," tegasnya. Sejauh ini pihaknya akan melakukan koordinasi dengan asosiasi se Indonesia untuk mengajukan permasalahan ini ke pemerintah. Pihaknya akan coba berkomunikasi dengan Menteri Perhubungan dan DPR untuk mencari jalan tengah terbaik. (Gya/Tribunnews)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×