kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bangun pembangkit, PLN mencari dana Rp 70 triliun


Rabu, 14 Januari 2015 / 12:04 WIB
Bangun pembangkit, PLN mencari dana Rp 70 triliun
ILUSTRASI. Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Rabu 26 Juli 2023./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/07/06/2023.


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mendapatkan jatah untuk membangun 10.000 MW dari total proyek pembangkit listrik 35.000 MW selama lima tahun ke depan. Dana yang dibutuhkan untuk membangun kapasitas pembangkit sebesar itu sebesar Rp 120 triliun.

Direktur Utama PLN, Sofyan Basir mengatakan, untuk tahun ini, PLN baru mengantongi dana senilai Rp 50 triliun. Tetapi PLN  sudah mendapatkan kreditur lima bank asing yang ingin meminjamkan dana untuk proyek listrik tersebut. Bank tersebut yakni,  World Bank, Asian Development Bank (ADB), Japan International Cooperation Agency (JICA), Agence Francaise de Development (AFD), dan Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW). "Kreditur itu mau meminjamkan dananya karena PLN dipercaya," kata Sofyan, di Pusdiklat Ketenagalistrikan Energi Baru Terbarukan, Selasa (13/1).

Mantan Dirut BRI ini menyatakan untuk menutupi kekurangan dana Rp 70 triliun, PLN menginginkan adanya tambahan modal dari pemerintah berupa Penyertaan Modal Negara (PMN), serta pembebasan setoran deviden untuk tahun berjalan.

"Untuk PMN totalnya belum tahu, tergantung pemerintah akan kasih berapa. Yang pasti untuk lima tahun itu kira-kira PLN membutuhkan dana sekitar Rp 110 triliun sampai 
Rp 120 triliun," jelas dia.

Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Afiliasi PLN, Murtaqi Syamsudin menambahkan, untuk menutupi kekurangan biaya investasi pembangkit, PLN sedang merinci skenario pembiayaannya. Skenario yang sudah difokuskan ada dua, yakni rencana penerbitan surat utang atau obligasi, dan pinjaman dari sindikasi bank-bank nasional, seperti BRI, Bank Mandiri, dan BNI.

Namun, hal itu masih belum diputuskan, karena menurut Murtaqi, pendanaan harus dihitung dengan cermat. "PLN lebih senang pendanaan dengan tenor panjang dan rate rendah, seperti yang disediakan lembaga asing, seperti ADB, International Bank for Reconstruction and Development (IBRD), KfW dan JICA," tandas Murtaqi.

Sofyan melanjutkan, untuk proyek pembangkit 10.000 MW itu, PLN bakal lebih banyak membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Perinciannya, PLN akan membangun sekitar 234 proyek pembangkit. Di Pulau Sumatera PLN akan bangun 46 pembangkit. Lahan sebanyak 28 pembangkit sudah siap dengan kapasitas 4,25 Giga Watt (gw) setara 4.250 MW.

Kemudian, di Pulau Jawa ada 21 pembangkit. Sebanyak 14 pembangkit yang sudah memiliki lahan berkapasitas 8,38 gw. Sementara itu di Bali akan dibangun kapasitas 200 MW, Nusa Tenggara 828.9 MW, Kalimantan 1,8 GW, Sulawesi 2,35 GW, Maluku 308,8 MW, dan Papua 292,10 MW.

"Artinya dengan penambahan pembangkit 7.000 MW- 8.000 MW yang saat ini sedang berlangsung, PLN akan membangun sekitar 18.000 MW dalam lima tahun ke depan," tutur Sofyan. Perlu diketahui, sebelum mendapat penugasan membangun 10.000 MW, PLN tengah mengerjakan pembangkit dengan kapasitas 7.000 MW-8.000 MW.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×