Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini gerai-gerai hypermarket di Indonesia banyak yang ditutup permanen. Persaingan yang ketat di antara ritel modern dan perubahan gaya hidup masyarakat jadi salah satu pemicunya.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan saat ini masyarakat mendapat beragam pilihan berbelanja.
Mulai dari belaja di toko ritel modern di dekat rumah hingga belanja online dimana barang langsung di antar ke rumah.
Kemudahan dan efisiensi ini membuat masyarakat semakin tidak tertarik berbelanja di hypermarket.
Baca Juga: Kemitraan untuk Hadirkan Akses Mudah Belanja Barang Sehari-Hari bagi Masyarakat
Selain jauh dari rumah, konsumen juga harus bayar uang parkir.
Bhima mengatakan, selain menghemat biaya ongkos dan juga biaya parkir dengan tidak pergi ke hypermarket, barang yang dijual di hypermarket juga tidak jauh berbeda dengan produk yang dijual di toko-toko ritel tradisional.
Termasuk di toko grosir kelontong maupun toko ritel modern seperti Indomaret, Alfamart, dan lainnya.
Sejak tahun-tahun pandemi, Bima mengaku gerai-gerai hypermaket telah diprediksi lambat laun akan mulai tutup.
Pasalnya pasar persaingannya sudah semakin sengit, tidak hanya bersaing dengan toko ritel modern dan toko grosir tradisional yang jumlahnya lebih banyak dan menyebar, hypermarket juga semakin tertekan dengan kebiasaan masyarakat yang mulai senang dengan belanja online.
Baca Juga: Matahari Putra Prima (MPPA) akan menggenjot penjualan gerai Hypermart tahun ini
Meskipun saat ini e-commerce baru menguasai 7% pasar ritel di Indonesia.
"Jadi semakin banyak pilihan, persaingan juga semakin kompetitif dan sengit," kata Bima kepada Kontan, Kamis (2/2).
Biaya pengeluaran yang membengkak juga menjadi penyebab hypermarket semakin tertekan.
Sebab pengeluaran biaya operasional tidak sebanding dengan pendapatan yang masuk.
Agar mampu bertahan, Bima mengatakan hypermarket harus memberikan inovasi baik dari segi penjualan maupun permodalan.
Baca Juga: Aprindo sebut hipermarket masih miliki prospek positif untuk ke depannya
Bima juga mengatakan perusahaan pengelola hypermarket bisa mencoba sistem yang dilakukan perusahaan ritel modern seperti Indomaret dan lainnya.
Dimana ritel modern yang masih eksis ini memiliki gedung yang tidak besar tapi memiliki banyak gerai dan menyebar luar. "Tentunya harus ada pembedanya dengan toko ritel modern lainnya," saran Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News