kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Begini kesiapan sejumlah perusahaan migas hadapi 2020


Minggu, 01 Desember 2019 / 21:40 WIB
Begini kesiapan sejumlah perusahaan migas hadapi 2020
ILUSTRASI. Petugas melintas di depan jaringan pipa minyak di kilang unit pengolahan (Refinery Unit) V, Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (23/10/2019). Refinery Unit V memiliki kapasitas pengolahan minyak mentah 260 MBSD setara 25 persen dari kapasitas 'intake' nasi


Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto

"Sepintas Menteri ESDM saat ini lebih akomodatif dan menyentuh akar masalah," ujar Komaidi, Minggu (1/12).

Baca Juga: Pertamina terus upayakan pengeboran awal di Blok Rokan

Mengutip catatan Kontan.co.id, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto bilang sejauh ini ada dua tantangan yang dihadapi industri migas. Tantangannya yaitu rendahnya stimulan dalam investasi.

"Selain itu, adanya pergeseran cekungan ke timur, ke laut dalam serta aturan yang tumpang tindih," ungkap Dwi ditemui di Kantor SKK Migas, beberapa waktu lalu.

Dwi menuturkan, SKK Migas berupaya mendorong produksi melalui sejumlah upaya seperti pelaksanaan Enhanced Oil Recovery (EOR) dan memperbanyak eksplorasi. Langkah-langkah ini juga dirasa perlu sebagai upaya dalam menahan laju penurunan produksi alamiah.

Baca Juga: Pertamina investasikan US$ 3,72 miliar untuk sektor hulu migas

"Kita harap EOR bisa langsung berpengaruh pada 2023 dan kemudian eksplorasi," ujar Dwi. Masih menurut Dwi, kegiatan eksplorasi di Indonesia tertinggal 10 tahun dibandingkan negara lain, khususnya dalam hal manajemen produksi.

Adapun, Indonesia baru mulai menggeliatkan eksplorasi pada tahun 2017. Lebih jauh Dwi menjelaskan, pemerintah memiliki sokongan dana yang cukup dalam melakukan eksplorasi.

Saat ini, dana yang tersedia sebesar US$ 2,4 juta atau setara Rp 30 triliun. Selain sejumlah upaya di atas, Dwi menambahkan, pemerintah rutin melakukan roadshow atau kunjungan ke sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×