Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto
"Sepintas Menteri ESDM saat ini lebih akomodatif dan menyentuh akar masalah," ujar Komaidi, Minggu (1/12).
Baca Juga: Pertamina terus upayakan pengeboran awal di Blok Rokan
Mengutip catatan Kontan.co.id, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto bilang sejauh ini ada dua tantangan yang dihadapi industri migas. Tantangannya yaitu rendahnya stimulan dalam investasi.
"Selain itu, adanya pergeseran cekungan ke timur, ke laut dalam serta aturan yang tumpang tindih," ungkap Dwi ditemui di Kantor SKK Migas, beberapa waktu lalu.
Dwi menuturkan, SKK Migas berupaya mendorong produksi melalui sejumlah upaya seperti pelaksanaan Enhanced Oil Recovery (EOR) dan memperbanyak eksplorasi. Langkah-langkah ini juga dirasa perlu sebagai upaya dalam menahan laju penurunan produksi alamiah.
Baca Juga: Pertamina investasikan US$ 3,72 miliar untuk sektor hulu migas
"Kita harap EOR bisa langsung berpengaruh pada 2023 dan kemudian eksplorasi," ujar Dwi. Masih menurut Dwi, kegiatan eksplorasi di Indonesia tertinggal 10 tahun dibandingkan negara lain, khususnya dalam hal manajemen produksi.
Adapun, Indonesia baru mulai menggeliatkan eksplorasi pada tahun 2017. Lebih jauh Dwi menjelaskan, pemerintah memiliki sokongan dana yang cukup dalam melakukan eksplorasi.
Saat ini, dana yang tersedia sebesar US$ 2,4 juta atau setara Rp 30 triliun. Selain sejumlah upaya di atas, Dwi menambahkan, pemerintah rutin melakukan roadshow atau kunjungan ke sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News