Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
Di sisi lain, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengungkapkan, pengembangan bioavtur memang sedikit terlambat. Kendati demikian, sejumlah aspek pengembangan ke depannya dinilai tidak akan memakan waktu lama.
Salah satunya terkait kebijakan, dengan telah hadirnya Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan Dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain maka persoalan kebijakan dinilai tidak akan menemui kendala.
Untuk itu, aspek keteknisan dinilai telah melalui separuh jalan. "Kami akan selesaikan dulu kegiatan yang sifatnya teknis kemudian secara bertahap kami lakukan kajian dari sisi pengembangan proses termasuk kajian keekonomian," jelas dia.
Dadan mengungkapkan, aspek keekonomian bukan berarti memastikan produk bioavtur lebih murah harganya ketimbang avtur. Aspek keekonomian yang hendak dipastikan yakni selisih harga produk bioavtur dan avtur kemudian dampak yang mungkin timbul pada aspek lainnya.
Baca Juga: ESG risk rating Pertamina masuk ke risiko medium per September 2021
Dadan menambahkan, pemanfaatan bioavtur bertujuan untuk memberi dampak lebih pada aspek keberlanjutan lingkungan, mendorong pemanfaatan Energi Terbarukan serta meningkatkan industri sawit dalam negeri.
Dengan pengalaman yang sudah dimiliki pemerintah dan pihak terkait lainnya dalam pengembangan biodiesel sebelumnya, maka pengembangan bioavtur pun diprediksi bisa dilakukan dengan lebih cepat.
Dadan melanjutkan, pemerintah dan industri sawit siap mendorong kepastian pasokan bahan baku.
"Misalkan kalau 2,4% dikali 5 juta kiloliter (kl) avtur berarti angkanya 120 ribu kl (PKO) kita perlunya untuk setahun," terang Dadan.
Dadan menambahkan, pihaknya juga bakal mengkaji lebih lanjut untuk aspek keteknikan demi memastikan kesiapan aspek produksi dan harga produk nantinya.
"Kami punya pengalaman, menurut saya akan lebih cepat persiapannya dibanding dengan biodiesel dulu," pungkas Dadan.
Selanjutnya: Eyos bidik pasar digitalisasi ritel Indonesia melalui kemitraan startegis produk
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News