Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition (MICE) masih belum mampu menggerakan industri perhotelan. Sebabnya, selama ini kontribusi.
Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menyebutkan bisnis MICE saat ini sedang mati. Menurutnya, kontribusi MICE atau business tourism mempengaruhi 30%-40% okupansi hotel setiap daerah.
"Makanya kalau mau mendorong permintaan, yang pertama harus difokuskan business tourism dari pemerintah karena kontribusi utama MICE dari kegiatan pemerintah," ujarnya kepada kontan.co.id, Rabu (12/11).
Pemerintah sendiri sudah mulai membuka kegiatan MICE di beberapa daerah. Namun, Maulana menilai masih belum berdampak secara efektif mengingat kegiatan pemerintah di luar masih terbatas.
Baca Juga: Dispakref DKI tengah menyusun pergub untuk pemberian insentif di sektor MICE
Head of Investor Relations and Corporate Communications PT Dyandra Media International Tbk Mirna Gozal menyebutkan Pada kuartal IV 2020, semua hotel Santika dan Amaris di bawah PT Graha Multi Utama sudah mulai beroperasi. "Rata-rata tingkat okupansi per Oktober 2020 mengalami penurunan lebih dari 50% apabila dibandingkan periode yang sama tahun lalu," ujarnya saat dihubungi secara terpisah.
Adapun hotel-hotel yang dikelolanya yaitu Santika Siligita (Bali), Amaris Bandara, Amaris Panglima Polim 2, Amaris Pekanbaru, Amaris Thamrin City dan Amaris Pratama (Bali).
Menurutnya, tren industri bisnis perhotelan saat ini masih rendah terkait pandemi covid-19. Pihaknya memproyeksikan sampai dengan tahun 2021 masih akan penuh dengan tantangan.
Baca Juga: Tahun 2020, Hotel Sahid Jaya (SHID) prediksikan pendapatan bakal menyusut 20%-50%
"Namun kami optimis, tingkat okupansi akan kembali meningkat setelah masa PSBB berakhir. Oleh karena itu Dyandra masih terus berupaya untuk meningkatkan penjualan yang lebih agresif melalui penawaran hotel package dan dynamic rate serta cross selling," paparnya.