Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan mempersingkat penyebaran peringatan bencana dengan sistem berteknologi khusus yang dihadirkan di Gedung Indonesia Multi Hazard Early Warning System (Ina-MHEWS).
Dengan sistem yang diberi nama SMONG (Supercomputer for Multi-hazards Operations and Numerical Modelling), Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan gedung yang baru diresmikan pada Senin (21/7) ini menjadi pusat komando baru untuk memberikan peringatan dini bagi berbagai jenis bencana.
“Jadi sebelumnya, saat kejadian gempa di Palu, kemudian di Lombok, itu jeda waktu antara kejadian gempa dengan peringatan ada 5 menit. Dengan adanya fasilitas baru ini, jedanya kita pangkas jadi 2 hingga 3 menit,” papar Dwikorita saat peresmian gedung di Jakarta, Senin (21/7).
Sistem SMONG dalam gedung ini dirancang untuk mendukung pemodelan bencana tsunami, gempa bumi, cuaca, iklim, hingga suhu. Nah, keunggulan lain gedung ini adalah keberadaan Base Isolator Tipe Friction Pendulum, teknologi yang memungkinkan gedung tahan terhadap gempa bumi untuk periode gempa hingga 2.500 tahun. Dengan teknologi itu, penghuni gedung, alias pekerja-pekerja BMKG, tak perlu segera mengevakuasi diri ketika terjadi gempa. Dus, pengoperasian sistem SMONG nantinya dapat tetap berjalan meski gempa masih berlangsung.
Baca Juga: Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) Siapkan Dana Rp 1 Triliun untuk Buyback Saham
Untuk saat ini, Dwikorita menyebut SMONG baru beroperasi sebagian, yakni untuk prakiraan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem. Prakiraan cuaca dengan teknologi ini pun disebut lebih canggih, termasuk kemampuan untuk mendeteksi cuaca laut dan daya prediksinya mencapai 10 hari.
WEGE Jadi Kontraktor, Kontrak Capai Rp 252 Miliar
Gedung Ina-MHEWS BMKG di Jakarta ini merupakan gedung kedua, sementara fasilitas serupa telah lebih dulu diresmikan di Bali. Nah, keduanya digarap oleh PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk. (WEGE) sebagai kontraktor utama.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Operasi I WEGE Bagus Tri Setyana membeberkan bahwa proyek ini diraih dengan dengan nilai kontrak sebesar Rp 207,9 miliar dan adendum terakhir mencapai Rp 252,7 miliar.
“Dari total nilai itu, sekitar 60% untuk di Jakarta dan 40% di Bali,” kata Bagus.
Dwikorita menyebut, harapannya teknologi Friction Pendulum juga dapat dipakai oleh gedung-gedung tinggi di Jakarta untuk meminimalisir risiko jatuhnya korban ketika terjadi bencana. Nah terkait itu, Bagus membeberkan bahwa penambahan teknologi ini bakal menambah biaya konstruksi sekitar 8% – 10%.
Baca Juga: Peta Persaingan SUV 2025: Merek Lama Didesak Pendatang Baru
Selanjutnya: Trump Bikin Heboh Lagi! Unggah Video AI Obama Ditangkap FBI di Oval Office
Menarik Dibaca: Sisa 11 Hari Lagi, Tiket Diskon Kereta Api Sudah Terjual 89%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News