Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aspek keberlanjutan dianggap sangat penting bagi BMW Group baik secara global maupun untuk Indonesia. Maka dari itu, BMW menjunjung tinggi industri yang berbasis environmental, social, and governance (ESG).
Jodie O’Tania, Director of Communication BMW Group Indonesia mengatakan, sejak tahun 1975, keberlanjutan telah menjadi salah satu fokus dan menjadi tujuan yang ambisius bagi BMW. “Kami berkomitmen untuk mencapai hasil yang terukur terhadap perlindungan lingkungan dan iklim,” imbuh dia, Jumat (17/12).
BMW Group terus mencari keseimbangan yang tepa tantara bisnis, lingkungan, dan masyarakat. Alih-alih mengembangkan strategi keberlanjutan yang terpisah, BMW berupaya menjadikan seluruh lini di perusahaan tersebut menerapkan bisnis yang berkelanjutan.
Aspek pertama dan yang paling nyata dari strategi keberlanjutan BMW adalah mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) secara intensif di seluruh rantai nilai produk perusahaan. Hal ini untuk memerangi dampak perubahan iklim akibat aktivitas bisnis sektor otomotif dan melindungi lingkungan di masa depan.
Baca Juga: Penerapan ESG Terus Menjadi Perhatian Kino Indonesia (KINO) ke Depan
BMW telah berkomitmen bahwa tujuan jangka menengahnya di tahun 2030 adalah tuntuk mengurangi emisi karbon sebesar 80% dalam produksi, 40% dalam fase penggunaan, dan 20% pada seluruh rantai pasok.
“Kami telah menetapkan target ambisius untuk memiliki setidaknya 50% penjualan kendaraan listrik di tahun 2030 secara global,” ungkap Jodie.
Dalam jangka panjang atau pada tahun 2050, BMW menargetkan mencapai netral karbon sehingga perusahaan ini dapat menjalankan bisnis tanpa merugikan planet bumi dan mendatangkan manfaat bagi generasi masyarakat mendatang.
BMW juga yakin bahwa cara dalam mengkonsumsi sumber daya alam akan menentukan masa depan masyarakat, sehingga perusahaan ini punya tanggung jawab dari sekarang. Untuk itu, BMW menilai, peralihan dengan menggunakan bahan bakar sekunder dibandingkan bahan bakar utama patut menjadi perhatian.
Saat ini, BMW Group menggunakan sekitar 30% bahan bakar sekunder pada kendaraan BMW. Dengan rencana “re:think, re:duce, dan re:cyvle”, BMW akan secara bertahap meningkatkan penggunaan bahan bakar sekunder pada produk mobil BMW menjadi 50%.
Rencana ini dimulai sejak konsep kendaraan dibuat. BMW Group akan merancang baterai dengan bahan yang dapat didaur ulang dengan mudah, sehingga meningkatkan nilai akhir masa pakai kendaraan.
“Kami bekerja dengan pemasok spesialis untuk memastikan seluruh baterai didaur ulang sebagai unit penyimpanan energi,” imbuh Jodie.
Baca Juga: Hyundai Implementasikan ESG Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News