Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Produsen pengolahan kakao domestik tetap optimistis mengejar target produksi walaupun produksi kakao dunia sedang seret. PT Bumitangerang Mesindotama, pemilik merek BT Cocoa menargetkan, tahun ini perusahaannya akan mengolah 110.000 ton bijih kakao, naik dari realisasi tahun lalu sebesar 60.000 ton.
Soal ketersediaan bahan baku, perusahaan yang berlokasi di Tangerang itu tidak merasa khawatir, sebab pasokan bahan baku utamanya berasal dari dalam negeri. "BT Cocoa memakai kakao impor hanya 5% sampai 10% dari kebutuhan produksi," kata Sindra Wijaya, Direktur Utama PT Bumitangerang Mesindotama ketika dihubungi KONTAN, Rabu (18/1).
Begitu juga yang dirasakan oleh industri olahan kakao lainnya. Victor Timisela, General Manager PT General Food Industries mengatakan, tidak terpengaruh oleh penurunan produksi kakao dunia. Sebab, ia hanya mengimpor 30% dari kapasitas produksinya sebesar 100.000 ton per tahun. "30% bahan baku saya impor dari Afrika dan negara lainnya," kata Victor.
Sindra menambahkan, dampak dari penurunan produksi kakao dunia itu berpotensi menaikan harga kakao. Saat ini, harga rata-rata kakao ada di level US$ 2200 per ton. Akibat penurunan produksi, harga kakao bisa naik hingga US$ 2500 per ton. "Bahan baku berpengaruh besar, jika harganya naik maka harga olahan juga ikut naik,” terang Sindra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News