Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bahan baku yang melimpah membuat kinerja PT Budi Starch & Sweetener Tbk menurun di tahun ini. Direktur PT Budi Starch & Sweeteneer Tbk, Mawarti Wongso menjelaskan, pendapatan tahun ini memang menurun. Hal ini terjadi karena bahan baku yang melimpah membuat harga jual tapioka turun.
"Secara volume produksi tapi kami tetap tinggi sehingga kinerja laba pun akhirnya naik," kata Mawarti saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (7/11).
Hitungan emiten berkode dagang BUDI, ini per September rata-rata harga tapioka senilai Rp 4.100 per kilogram (kg). Menurun dari nilai tahun lalu sekitar Rp 5.250 per kg. "Kami prediksi harga sampai akhir tahun tetap senilai Rp 4.000-an. Tidak masalah karena kebutuhan dalam negeri tetap tinggi," katanya.
Dalam laporan keuangan kuartal III-2017 tercatat pendapatan usaha sebesar Rp 1,86 triliun atau turun dari periode yang sama dari sebelumnya sebesar Rp 1,90 triliun. Sedangkan laba bersih sebesar Rp 33,3 miliar atau naik dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 30,1 miliar.
"Laba bersih sudah pasti naik karena kuartal-III 2017 sudah setara dengan hasil tahun lalu," lanjutnya. Sayangnya, Mawarti belum mau beberkan kenaikannya.
Merujuk laporan keuangan tahun 2016 lalu, Budi Starch mengantongi pendapatan senilai Rp 2,47 triliun, atau naik 3,8% dibandingkan periode sebelumnya senilai Rp 2,37 triliun. Sedangkan laba tercatat senilai Rp 33,6 miliar atau naik 71% ketimbang laba periode tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar Rp 19,6 miliar.
Pabrik baru
Kondisi keuangan yang masih positif disambut dengan aksi korporasi. Mawarti menjelaskan akhir semester I-2018, pihaknya akan akuisisi satu pabrik tapioka di Lampung. "Nilai investasi total sebesar Rp 60 miliar dengan dana dari internal," katanya.
Pabrik tersebut menurutnya pabrik lama sehingga perlu ada revitalisasi. Kapasitas produksinya sebesar 30.000 ton per tahun.
Budi Starch kini memiliki 15 pabrik tepung tapioka yang tersebar di beberapa daerah. Budi Starch juga memiliki empat pabrik sweetener yang berlokasi di Lampung, Subang, Krian, dan Solo. Selain itu, Budi Starch juga memiliki satu pabrik yang memproduksi karung plastik untuk kebutuhan pelengkap perusahaan itu.
Adapun kapasitas terpasang dari semua pabrik milik perseroan ini mencapai 825.000 ton. "Utilisasi sekarang 55%. Untuk industri agro utilisasi 60% itu sudah tinggi dan maksimal karena perlu disesuaikan dengan jumlah bahan baku yang masuk," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News