Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo
Sebelumnya, penjualan bersih perseroan tercatat hanya mencapai Rp 2,06 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Artinya, terjadi peningkatan penjualan sekitar 12,54% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Sekretaris Perusahaan PT Budi Starch & Sweetener Tbk, Alice Yuliana, mengatakan peningkatan penjualan didorong oleh adanya peningkatan volume produksi tepung tapioka di periode tersebut.
Di sisi lain, perseroan membukukan laba kotor sebesar Rp 282,2 miliar di sembilan bulan pertama tahun 2019. Angka ini relatif lebih besar dibanding laba kotor pada sembilan bulan pertama tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 250,1 miliar.
Baca Juga: Budi Starch (BUDI) sebar dividen tunai Rp 5 per saham
Dengan demikian, margin laba kotor sampai dengan September 2019 meningkat 0,03 poin menjadi sebesar 12,14%. Sebelumnya, margin laba kotor perusahaan tercatat berada di level 12,11% pada periode sama tahun sebelumnya. Berdasarkan penjelasan Alice, sebagian besar peningkatan margin laba kotor berasal dari peningkatan margin laba kotor produk-produk sweeteners.
Seiring dengan adanya peningkatan laba kotor, laba usaha perseroan juga ikut terkerek dari yang semula sebesar Rp 150,7 miliar di kuartal III 2018 menjadi Rp 169,9 miliar di kuartal III 2019.
Alhasil, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga meningkat dari yang semula Rp 27,9 miliar di kuartal III 2018 menjadi Rp 36,2 miliar di kuartal III 2019.
Baca Juga: Entitas Sungai Budi Kompak Bagi Dividen
Hingga tutup tahun nanti,perseroan memproyeksikan penjualan bersih perusahaan bisa bertumbuh dibandingkan realisasi penjualan bersih tahun lalu yang sebesar Rp 2,64 triliun. “Di sembilan bulan pertama kan sudah Rp 2,3 T, sampai akhir tahun kira-kira bisa sampai RP 3 triliun,” ujar Sudarmo di acara yang sama (12/12).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News