kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Butuh Waktu Jangka Panjang untuk Pembenahan Hulu Migas


Jumat, 22 April 2022 / 20:35 WIB
Butuh Waktu Jangka Panjang untuk Pembenahan Hulu Migas


Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah upaya terus dilakukan pemerintah dalam menjaga kinerja hulu migas tahun ini dan tahun-tahun mendatang.

Seperti diketahui, melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), pemerintah menjalankan sejumlah strategi seperti optimasi aset eksisting, peningkatan resource to production, Enchanced Oil Recovery (EOR) hingga peningkatan aktivitas utama hulu migas.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengungkapkan, ada permasalahan yang kompleks dalam produksi hulu migas. Untuk itu, hasil pembenahan maupun optimasi tidak bisa bersifat mendadak.

"Segala sesuatu perlu persiapan jangka panjang, ini bagian dari problem sebelum-sebelumnya," terang Komaidi kepada Kontan, Jumat (22/4).

Komaidi melanjutkan, untuk jangka pendek sektor hulu migas perlu mencegah penurunan produksi alamiah secara lebih optimal.

Baca Juga: Produksi Migas Tak Optimal, Waspada Defisit Anggaran Melebar

Senada, Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengungkapkan, kondisi yang terjadi di  sektor hulu migas saat ini sudah sangat mendesak sejak 10 tahun lalu dimana produksi terus mengalami penurunan.

Moshe melanjutkan, implementasi EOR di Indonesia menghadapi tantangan keekonomian.

"Mayoritas lapangan kita cukup telat menerapkan teknologi EOR sehingga biayanya terlalu tinggi untuk ekonomis walaupun dengan insentif tambahan, hanya ada beberapa teknologi yang masih ekonomis di harga migas di bawah US$ 60 per barel, hanya ini yang masih bisa berjalan," ungkap Moshe kepada Kontan, Jumat (22/4).

Investor masih berhati-hati

Industri hulu migas pun kini masih belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi covid-19. Moshe menjelaskan, gejolak geopolitik dunia yang terjadi secara khusus Konflik Rusia-Ukraina menyebabkan ketidakpastian situasi pada pasar global migas.

Menurutnya, hal ini tercermin dari masih terjadinya fluktuasi harga minyak kendati dalam beberapa waktu terakhir masih bertengger di atas US$ 90 per barel.

Baca Juga: Pendapatan RUIS Naik 1,23% Jadi Rp 1,64 Triliun pada 2021

"Hal ini menyebabkan investor masih lebih berhati-hati untuk berinvestasi," kata Moshe.

Moshe menambahkan, dengan kondisi lapangan migas Indonesia yang mayoritas merupakan lapangan tua maka ada kebutuhan investasi tambahan yang tidak kecil untuk meningkatkan produksi atau sekadar menjaga angka produksi.

Sementara itu, Komaidi menilai, komitmen investasi sektor hulu migas juga bergantung pada kampanye energi bersih. Ini juga termasuk kampanye yang diusung dalam gelaran G20.

Baca Juga: Perta Arun Gas dan Axpo Singapore Teken Kesepakatan Awal Kerja Sama LNG Hub

"Meskipun mendapat momentum harga bagus kondisi lain terutama kebijakan transisi energi relatif tidak mendukung saya kira," jelas Komaidi.

Komaidi melanjutkan, investor harus melakukan adaptasi dari sisi investasi. Setidaknya harus ada anggaran lebih agar sesuai dengan yang dipersyaratkan.

"Misalkan harus menggunakan green energi dalam operasionalnya," pungkas Komaidi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×