kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   16.000   0,85%
  • USD/IDR 16.220   -29,00   -0,18%
  • IDX 6.915   -12,32   -0,18%
  • KOMPAS100 1.007   -0,64   -0,06%
  • LQ45 771   -2,07   -0,27%
  • ISSI 227   0,47   0,21%
  • IDX30 397   -1,97   -0,49%
  • IDXHIDIV20 459   -2,95   -0,64%
  • IDX80 113   -0,11   -0,10%
  • IDXV30 114   -0,70   -0,61%
  • IDXQ30 128   -0,64   -0,49%

Implementasi Mandatori B50 Jalan pada 2026, Begini Tanggapan Sampoerna Agro (SGRO)


Selasa, 01 Juli 2025 / 20:54 WIB
Implementasi Mandatori B50 Jalan pada 2026, Begini Tanggapan Sampoerna Agro (SGRO)
ILUSTRASI. Pekerja menunjukkan buah kelapa sawit usai dipanen di kawasan PT Perkebunan Nusantara IV, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (24/10/2024). Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan ketersediaan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih sangat mencukupi untuk bahan baku biodiesel 50 persen (B50) dengan tingkat produksi CPO di Indonesia pada tahun 2024 sekitar 46 juta ton, sedangkan yang dibutuhkan untuk pembuatan B50 hanya 5,3 juta ton. ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/tom.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan target penerapan mandatori biodiesel 50% (B50) tetap jalan pada awal tahun 2026, meskipun saat ini stok minyak sawit mentah (CPO) nasional tercatat melimpah.

Mengenai wacana ini, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) emiten yang bergerak dalam bidang produksi produk minyak sawit, menilai bahwa program ini akan dapat senantiasa meningkatkan permintaan CPO domestik.

Hal ini disampaikan oleh Head of Investor Relations SGRO, Stefanus Darmagiri. Stefanus mengatakan bahwa dengan meningkatnya permintaan CPO donestik, maka porsi ekspor akan berkurang. Sehingga, harga CPO diharapkan bisa makin stabil.

"Dengan adanya wacana program B50 yang akan diterapkan pada tahun 2026 diperkirakan dapat meningkatkan permintaan CPO domestik, sehingga porsi ekspor akan berkurang. Hal ini diharapkan berdampak terhadap harga CPO yang akan lebih stabil dan lebih baik," ujar Stefanus kepada Kontan, Senin (30/6).

Ada pun dalam menghadapi wacana implementasi mandatori biodiesel 50% (B50) ini, Stefanus membeberkan bahwa SGRO juga senantiasa mempersiapkan strategi.

Baca Juga: Stok CPO Melimpah, Kementerian ESDM Pastikan Mandatori B50 Tetap Jalan di 2026

Pertama, SGRO bakal terus meningkatkan produktivitas CPO perseroan melalui Best Agronomy Practices. Hal ini dilakukan dengan terus fokus melanjutkan program intensifikasi yang telah berjalan pada tahun-tahun sebelumnya.

Misalnya, seperti mekanisasi, water management sistem, dan peningkatan infrastruktur. Tak ketinggalan, perusahaan juga turut mengembangkan kinerja digitalisasi guna meningkatkan monitoring, efektifitas produksi, dan efisiensi kerja di kebun.

"Seperti misalnya mekanisasi, water management sistem, dan peningkatan infrastruktur serta digitalisasi untuk meningkatkan monitoring, efektifitas produksi dan efisiensi kerja di kebun. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja operasional Perseroan," pungkasnya.

Baca Juga: ESDM: Program B50 hingga B100 Butuh Lahan Baru hingga 4,6 Juta Ha

Sebagai informasi, Biodiesel 50% (B50) adalah jenis bahan bakar campuran yang terdiri dari 50% biodiesel dan 50% bahan bakar diesel konvensional. 

Biodiesel sendiri merupakan bahan bakar nabati (biofuel) yang dibuat dari minyak nabati, lemak hewan, atau limbah minyak goreng melalui proses transesterifikasi.

Dengan komposisi tersebut, B50 diklaim menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan diesel murni.

Baca Juga: Harga Biodiesel Mei 2025 Turun Jadi Rp 13.742 per Liter

Selanjutnya: Kinerja PTBA Ditekan Inflasi Biaya, Cermati Prospek dan Rekomendasi Analis

Menarik Dibaca: 5 Cara Memperbaiki Tekstur Kulit agar Kembali Mulus

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×