kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cakra Mineral berharap di bisnis pasir zirkon


Kamis, 28 Januari 2016 / 11:34 WIB


Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Saat harga komoditas tersungkur, PT Cakra Mineral Tbk (CKRA)  masih tetap berharap bisa mengerek penjualan produk andalan, yakni pasir zirkon. Dengan target produksi berkisar 350 ton - 400 ton per bulan, perusahaan  ini berharap bisa meraup pendapatan US$ 4,5 juta dari produk tersebut.

Asumsi tersebut berdasarkan harga pasir zirkon yang berkisar US$ 960 per ton. Padahal, menurut Sekretaris Perusahaan Cakra Mineral Dexter Sjarif Putra, harga pasir zirkon awal tahun lalu masih di atas US$ 1.000 per ton.

Sejatinya, Cakra Mineral bisa lebih banyak lagi memproduksi pasir zirkon dari target produksi bulanan. Menurut Dexter, produksi komoditas tambang ini lewat anak usaha PT Takaras Inti Lestari di Kalimantan Tengah tidak bisa mencapai sesuai kapasitas produksi yakni 1.500 metrik ton per bulan.

"Penyebabnya, kami tidak menggunakan semua mesin dan tidak double shift. Saat ini hanya dua sampai tiga lini produksi. Kalau double shift dan semua mesin berjalan bisa mencapai 1.500 metrik ton," ucap Dexter ke KONTAN, Rabu (27/1).

Selain Takaras, CKRA juga punya anak usaha lain di komoditas serupa, yaitu Murui Jaya Perdana. Namun, Dexter mengaku belum mengecek target produksi pasir zirkon dari anak usaha tersebut.

Dengan upaya ini, Cakra berharap bisa memperluas pasar ekspor pasir zirkon di negara Asia yang lain. Saat ini, sekitar 70% ekspor zirkon CKRA menyasar China, Italia, Jerman dan Ukrania.

Adapun rencana pembangunan pemurnian komoditas tambang alias smelter bijih besi dan feronikel, klaim Dexter masih berjalan. Meskipun kondisi harga komoditas tersebut tengah lunglai.

Ia menyebut untuk proyek smelter bijih besi yang merupakan kerjasama CKRA dengan mitra dari Hong Kong yaitu Z&N International Co. Ltd masih berlangsung. Nilai investasi dari proyek smelter ini berkisar US$  55 juta sampai US$ 60 juta.

Sementara untuk smelter feronikel dengan mitra dari China yaitu Shanxi SuoEr Technology, investasinya sekitar US$ 68 juta.

Khusus untuk proyek smelter feronikel, saat ini CKRA tengah mengurus perizinan untuk bisa mengimpor mesin dari China.  Apalagi, "Mesin-mesin di sana sudah siap dan sudah kami bayar juga," ungkap Dexter.

Ia menargetkan, bila semua sesuai rencana, proses pembangunan smelter skala medium ini butuh waktu sekitar dua tahun. Adapun proses pembangunan smelter tersebut bisa berlangsung tahun depan.

Sedangkan untuk ekspansi di bisnis batubara jenis coking coal, saat ini Cakra Mineral tengah menimang-nimang. Misalnya di anak usaha Central Kalimantan Coal Ltd.

Sejauh ini, kata Dexter, pihaknya masih belum bisa memproyeksi kapan waktu tepat untuk bisa memproduksi batubara. "Selain harga komoditas, coking coal hauling road nya cukup jauh, jadi saya belum bisa sampaikan kapan bisa berproduksi," kata Dexter beralasan. Alhasil rencana akuisisi tambang di Australia Cokal Limited ditunda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×