Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kesepakatan Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor ke kawasan Uni Eropa.
Sejumlah komoditas andalan, mulai dari tekstil hingga minyak sawit, berpotensi menikmati tarif impor 0% dalam kerangka kerja sama ini.
Baca Juga: IEU-CEPA Disepakati, Apindo: Angin Segar bagi Sektor Padat Karya
Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyambut, positif hasil negosiasi sementara tersebut, khususnya terkait komoditas yang akan mendapat perlakuan tarif istimewa.
“Saya sangat menantikan hasil akhir dari negosiasi IEU-CEPA, terutama terkait daftar barang yang akan memperoleh tarif impor 0% ke Uni Eropa,” ujar Nailul kepada Kontan.co.id, Senin (14/7).
Salah satu sektor yang diperkirakan akan mendapatkan manfaat langsung adalah industri tekstil dan produk tekstil (TPT), yang selama ini sangat bergantung pada pasar Amerika Serikat.
Menurut Nailul, diversifikasi pasar ini menjadi semakin penting mengingat AS mulai menerapkan kebijakan tarif resiprokal.
Selain tekstil, ekspor minyak sawit juga berpotensi meningkat seiring rencana pelonggaran bea masuk.
Baca Juga: IEU CEPA Disepakati, Industri Sawit Masih Harus Berhadapan dengan EUDR di Akhir Tahun
Namun, menurut Nailul, masih ada tantangan besar yang belum terselesaikan, terutama menyangkut regulasi deforestasi yang ketat di Eropa.
“Salah satu isu utama adalah deforestasi, terutama untuk produk sawit. Proses pembukaan lahan di kawasan hutan masih menjadi sorotan Uni Eropa, dan hingga kini belum tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak,” jelasnya.
Ia menilai aturan anti-deforestasi menjadi salah satu poin paling alot dalam perundingan, karena berpotensi menjadi hambatan nontarif yang menghalangi masuknya produk sawit Indonesia ke pasar Eropa.
Lebih lanjut, Nailul juga mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati dalam memberikan konsesi atau kelonggaran terhadap beberapa kebijakan domestik.
Ia menyebut kemungkinan Uni Eropa meminta relaksasi kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebagai bagian dari imbal balik dalam kesepakatan dagang ini.
“Saya khawatir Uni Eropa akan meminta pelonggaran sejumlah kebijakan strategis Indonesia, seperti TKDN. Pemerintah harus benar-benar cermat mempertimbangkan hal ini, agar jangan sampai relaksasi yang diberikan justru melemahkan industri dalam negeri,” tegasnya.
Baca Juga: Perundingan Hampir Rampung, IEU CEPA Bakal Diteken September 2025
Kendati demikian, Nailul tetap optimistis terhadap potensi kerja sama ini bagi perdagangan Indonesia dan Uni Eropa.
“Kita sudah lama menjadi mitra dagang, dan IEU-CEPA bisa memperluas serta memperlancar arus perdagangan. Dibandingkan dengan China, perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa lebih sehat karena mencatatkan surplus,” pungkasnya.
Selanjutnya: Penjualan Sepeda Motor Tahun 2025 Diprediksi Stagnan, Ini Penyebabnya
Menarik Dibaca: 7 Penyebab Kulit Wajah Kasar, Bukan Hanya Kulit Kering!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News